Gajah Abrahah/Istimewa
Fathurrozi
Nuril Furqon, lahir di Sumenep pada tanggal 01 Agustus
2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021, salah satu pembina SSA (Sanggar
Sastra Al-Amien). Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di IDIA (Institut
Dirosat Islamiyah Al-Amien), sembari mengabdikan diri di TMI Al-Amien Prenduan.
Puisi-puisinya ini telah tayang di situs Borobudur Writers & Cultural
Festival, pada 23 Mei 2022.
Ratapan
Gajah Abrahah
gajah-gajah
yang berderap
dari
Yaman ke Mekkah
barangkali
dulu mereka hendak teriak
dan
lari
dan
tak pernah kembali
namun
tali kekang adalah belenggu
seperti
boneka
mereka
digerakkan oleh niat manusia
tak
bisa berkata tidak
sebab
sejak masih ari-ari
kehidupan
ini bukan hidup mereka
barangkali
sepanjang langkah
air
mata mereka menetes gerimis
denyut
nafas penuh gemetar
dari
jauh telah nampak sketsa nisan
tapi
mereka tiada berkeluh kesah
tiada
pula berserapah
sebab
sudah sejak masih ari-ari
kehidupan
ini bukan hidup mereka
gajah-gajah
yang berat hati berderap
sepanjang
jalan mimpi mereka retak
asa
terserak
tapi
tiada kesah
tiada
serapah
sebab
sejak dahulu
hidup
ini bukan hidup mereka
Sumenep,
23-05-2022
Tragedi
Jamal
saat
itu, tak ada lagi murka
kecuali
murka samawi
melihat
seekor unta dipaksa
menyembelih
sisa angka usianya
saat
itu, tak ada lagi duka
kecuali
duka semesta
mendapati
seekor unta
telah
mayat dengan seluruh nikmat
dan
yang tersisa hanyalah azab
saat
itu, tak ada lagi kata-kata
karena
cahaya telah kehilangan nyala
dan
yang tersisa hanya detak
menunggu
kiamat
Sumenep,
23-05-2022
Seakan
Tuhan
ke
padepokan
aku
menonton dalang bermain wayang
seakan
menjadi Tuhan
menggerakkan
orang-orang
mengatur
jalan kehidupan
air
mata dan tawa dalam genggaman
beriring
gendang yang jam
konflik-konflik
bermunculan
entahlah
apakah ada senyuman
di
rona wajah sang dalang
tapi
kutahu, ia sedang bersenang-senang
Sumenep,
23-05-2022
Di
Perutmu Pernah Ada Cahaya
tidak
ada yang pernah mengandung nabi
kacuali
kau, paus yang berenang di lautan dalam
menyingkap
silsilah gelombang
dahulu
leluhurmu mendengar wahyu
dari
debur ombak dan gemerisik terumbu
itulah
sebabnya di bawah kapal ia berlabuh
menunggu
amanah-Nya tuk melahap Yunus
sebelum
kematian sempat menjelang
maka,
ketika ia telah tercebur
dan
tergulung gelombang nasib
serta
merta mulutmu jadi pintu
lalu
menelannya di perut
zawiyah
surga tempatnya bisa berkhalwat
dan
di perutmu itulah kemudian
orang-orang
menaruh harap
agar
sekedar merasakan nikmat
seperti
nikmat Yunus
meresapi
hening dinding dagingmu
yang
bening cermin
di
sanalah barangkali ia bercermin
melihat
kelinglungan diri
lari
dari air yang mengalir
Sumenep,
23-05-2022
Qitmir,
Iriku Padamu
bolehkah
aku iri padamu
qitmir,
anjing bermata sayu
kesetiaanmu
pada ashabul kahfi
telah
mengundang sujud langit dan bumi
rasa
iri padamu
telah
menumbalkan segala iman
bahwa
yang terlarang
masih
bisa mengetuk pintu adnan
bolehkah
aku iri padamu
qitmir,
anjing berwajah sendu
tidurmu
abadi
kekal
dalam kenang dan hati
tulang-tulangmu
kini jadi prasasti
memoar
yang mereliefkan sejarah arabi
menambah
majas iman dalam diri
hingga
di malam yang menggelinjang kubermimpi
bertemu
denganmu di dekat pohon khuldi
Sumenep,
23-05-2022
Cicak
dan Sejarah Dendam
Memang
kau ditakdirkan jadi tempat sampah, tempatku membuang serapah. Setiap melihatmu
berjalan di dinding rumah, jiwaku menjadi gunung penuh magma. Ingin gunung itu
kuletuskan hingga erupsi, hingga efflatanya berloncatan menakutimu.
Memang
telah sejak lama aku menyimpan bara untukmu. Sebab tubuhmu merupakan hikayat
perseteruan, dan pada nasabmu itu kau jadi reinkarnasi sejarah tentang angin
permusuhan yang dulu kau tiup saat tragedi Namrud, saat kau mengundang
tangan-tangan Azaril untuk meminum piala kehidupan ayah dari segala cahaya.
Walaupun permainanmu usai sia-sia dan perjudian itu telah menjadikanmu papa,
tapi matahari telah bersaksi dan arsy pun telah bersabda bahwa darahmu pahala.
Maka biarkanlah kusulut api pada tubuhmu yang sumbu lilin, sebagaimana dulu kau
menghantarkan angin pada kayu bakar Ibrahim.
Sumenep,
23-05-2022
Borobudur
Writers & Cultural Festival adalah wahana pertemuan
antarkomunitas, antarkelompok, dan ruang dialog antara karya-karya budaya
dengan publik.
Catatan
Admin APPMI: Bagi
para penyair yang keberatan puisi-puisinya diarsip, silahkan kirimkan permintaan
untuk ditakedown, baik melalui kolom komentar, via email, atau melalui contact
us. Tabik...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar