Sumber gambar: g/ gambarbagus.com |
SKETSA RINDU
Ada syair rindu menetaskan pagiku
di pelupuk matamu.
ada nyanyian pelangi menghias rinduku.
mengisi setiap celah hati yang bisu.
Ada impian tentang rentang hujan
di wajah jendela
yang setia setiap saat
mengeja sajak tanpa jeda
Dulu, kepahitan terkubur
di dasar kata penuh coret luka
dan, tak pernah kutemukan
manisnya senyum hari
Kini, indah matamu mengubah segala syahdu
menjadi warna rindu
yang membawa harum bunga
lewat jantung para peri.
Kala kehilangan menjemput tawa.
aku meringkuk memeluk rasa.
acuh pada napasmu dan denyutku yang menyatu.
bagai sepasang mata yang bersama setiap waktu.
Sumenep, 2018
FILOKALINA
Saat pagi mulai berbisik
angin mengembus sangat berisik
pelan-pelan kaubangun
dari tidurmu yang basah.
Filokalina..
lembab tubuhmu yang hijau
dingin tulangmu yang coklat
menarik belalang tuk jatuh hati
dan mentari mengucap salam.
Kau pun mulai berfoto dengan cahaya
membuat belalang itu mengurungkan niat
sebab katanya ” kau tak cantik lagi “.
Saat kemarau berlabuh
kau pun mulai layu
kemudian angin dan gelisah
menggugurkanmu dengan paksa
membawamu entah kemana
kau pun tak pernah memanggil karma.
Sebab daun yang jatuh
tak akan memusuhi angin.
Madura, 2018
AKU INGIN PULANG
Kurakit dalam ilusi
segala sesal yang sesak.
Kusapa setiap yang diam
kurapalkan doa-doa malam
kuhafal sajak-sajak suci
agar kakiku tak meronta lari.
Semua yang terang berubah temaram
sebab dadaku berjingkat membuka mata
menyentuh pucuk-pucuk rindu
yang bergoyang di kepala
menggetarkan urat-urat bibirku
lalu aku pun berucap ”aku ingin pulang.”
Madura, 2018
INDRIYANA, gadis kelahiran Sumenep 26 September 2001. Saat ini tengah
mengenyam pendidikan di MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, Gapura, Sumenep.
Mulai mengenal dunia tulis menulis sejak kelas VIII dan mulai mendalaminya di
kelas X.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar