Sumber: lukisanku.id-Gunawan Bagea |
Kupuisikan namamu, An
An,
Selama rinduku
memburu waktu
Nafasku sesak
tak tenang
Sudah kubanting
pecahan mangkok
Tempat makan
terakhir kita dari ketinggian Himalaya
Namun angin tak
membawa
Ia beku
Gigil menyatukan
pecahan menjadi permata tak berbentuk
Tapi indah,
seperti cahaya dari kedipan matamu
An,
Mata senja
meneteskan kristal
Kisah lalu
menjadi bias debur debu
Sudah tersapu
yang namanya duka
Sekarang giliran
kita menari
Bernyanyi riang
Dari sudut
matahari sore yang tenggelam
Kita saksikan
bersama ramainya penyair melukis senja
Di halaman
pantai yang biru
Lalu kita
berlari-lari
Kita bernyanyi,
menari lagi
An,
Ingat kita punya
cerita
Tenggelamnya
kapal mimpi enam tahun lalu
Kembalinya
matahari tanggal 20 juni 2013 kemaren
Dan datangnya
ombak rindu selesai itu
An,
Kapal-kapal
imajinasiku itu berlayar jauh
Sadarlah
Kita sudah
sampai di loteng puisi
Tepat di bibir
senja
Sejengkal kita
menyaksikan lepasnya jingga dari langit
Lalu petang
Tanpa rembulan
Kita hilang
Lalu datang
Selamat pagi,
An,...
Sudah seharian
kita bernyanyi menari
Hingga senja
berpulang
Cintaku tak
kunjung padam, An
Kau terlalu
indah untuk sekadar dipuisikan
Rara Zarary: Nama pena dari Munawara, lahir di Desa
Lenteng Barat, Sumenep. Kini tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Unitri
Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar