Sumber gambar: g/ pxhere.com |
SEBUAH
PERJALANAN
Nda, sebab jalan yang kita tempuh
tak
selamanya mulus dan bahagia
ada
kalanya penderitaan mengiringi di racau musim
angin
meniup tubuhmu dengan gemar
sementara
engkau masih biasa-biasa saja
merintis
sebuah jalan yang tertata rapi oleh penyesalan
Tentang sesak berkesumat di dalam dada
merintih
jejak tubuhmu yang terpukau luka
musim
hanyut ditelan malapetaka
tak jua
kutemukan kebahagiaan terlahir dari senyummu
Hari berganti
senja
pun memulas wajahya dengan petang
kau
basuh luka tak sudah-sudah
nyilu
bercelaru
air mata
pun kian ranggas
meninggalkan
tubuhmu yang cadas
Kau tahu,
Nda?
setiap
kesedihan sentiasa teriring kebahagiaan
begitu
pun jalan jalan yang kau tempuh
pasti
akan menuju akhir dengan waktu
Sumenep,
2019
Rahem, pria
kelahiran Sumenep 20 April 1999, alumnus Miftahul
Ulum Bancamara Giliyang dan Nasy'atul Muta'allimin, Gapura
Timur, Gapura, Sumenep. Semasa
di sekolah aktif di Komunitas ASAP (Anak
Sastra Pesantren) dan Sanggar Relaxa. Saat ini aktif di Kelas Puisi Bekasi. Antologi
bersamanya di antaranya : Antologi Gus Punk
(Pelataran Sastra Kaliwungu 2018), Sahabat
(2018), Surat
Berdarah di antara Gelas Retak (2019),
Tanah Air Beta (2019), Jazirah II (Festival Sastra Internasional
Gunung Bintan 2019), Membaca Asap (2019) Antologi Puisi untuk Bj. Habibie (2019)
dan Ketika Tanpa Aku (Group Setrafara
2019). Juga dalam terbit di
beberapa media, di antaranya : Koran
Radar Madura, Radar Cirebon, Bangka Pos, Bali Post, Travesia, Berita Baru dan Mbludus.
Di tahun 2017, puisi Maduranya
dinobatkan sebagai juara II di STKIP PGRI Sumenep dengan tema "Dha' Songennep".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar