Perkataan
Seorang Nelayan
gelombang,
jangan pernah lelah menghantam
biar
aku semakin mengerti arti sebuah kesabaran
teruslah
hantam ini kapal
keberanianku
tidak akan padam
sebab,
aku bersama Tuhan
namun,
jika hidupku berhenti di tengah lautan
jangan
kenang aku sebagai pahlawan
tapi,
kenanglah aku sebagai seorang ayah
yang
berjuang demi istri dan anakku yang aku sayang
Yogyakarta, 2015
Fragmen
Diri
1/
aku
bukan tokoh cerpen Hamsad Rangkuti
yang
rela menghapus bekas bibirnya
di
bibirmu dengan bibirku
2/
aku
juga bukan tokoh ciptaan Agus Noor
yang
berani mencuri senja
untuk
kuberikan sebagai hadiah ulang tahunmu
3/
jangan
pernah menyuruhku menjadi cerpenis
aku
tak pandai mencuri cerita orang
tak
bisa membagi cerita pilu kita kepada orang lain
4/
pun
jangan pernah berharap aku menjadi penyair
aku
tidak suka berlama-lama berada di tempat yang
sepi
mencari
diksi untuk bahan puisi
Yogyakarta, 2015
Seorang
Penyair
hidupku
begitu beku
ketika
tak satu pun kata berhasil kupaku
tapi
hidupku tak terasa gelap
ketika
diksi demi diksi berhasil kulahap
begitulah
kehidupanku
aku
merasa berhasil ketika puisi lahir
kadang
aku lupa
diriku
sejahtera atau terluka
Yogyakarta, Juni-Agustus 2015
Pohon
Rindu
pohon
rindu itu tumbuh subur
meski
hujan yang kau janjikan tak pernah mengguyur
musim
kemarau hanyalah ancaman
yang tak
bisa merobohkan pohon rindu yang menjulang
kini,
telah kusiapkan sebuah keranjang
untuk
menampung buah pertemuan
yang
bergantungan di setiap dahan
Sumenep, Januari 2015
Di
Persimpangan Jalan
di
persimpangan jalan
burung
gagak berkeliaran
menatap
begitu tajam
mengintai
setiap pejalan
di
persimpangan jalan
bunga
kamboja bermekaran
aromanya
semerbak
berhamburan
di hembusan nafas
di
persimpangan jalan
memang
banyak tanda-tanda kematian
namun
aku tidak tahu, apa yang ada
di
balik persimpangan jalan itu
kain
kafan atau kehidupan
Yogyakarta, 2015
Fajri Musim Pancaroba, lahir di Sumenep, Madura.
Bergiat di Komunitas Rudal, dan juga aktif di Komunitas Menulis Pinggir Rel (MPR), Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar