Sumber: g/liputan6.com/citizen6 |
DONGENG SELANGKANGAN
inilah negeri
paling unik
di kolong jagat
ketika
bapak-bapak yang terhormat
memprogramkan
selangkangan
perlu
dilindungi
inilah negeri
paling unik
di kolong jagat
mereka yang
punya selangkangan
protes bukan
milik negeri
inilah negeri
paling unik
di kolong jagat
selangkangan
yang penuh
makna dan arti
jadi penghias
koran dan televisi
Pamekasan, 21
September 2019
NYANYIAN SELANGKANGAN
telah kujelajah
penjuru mata angin, kekasihku
tak kutemukan
selangkan di rumah-rumah suci
padahal di
tv-tv dan koran ditegaskan
untuk
perlindungan dan menjaga marwah selangkangan
selangkangan
perlu diselamatkan, kekasihku
diundangkan
dinegeri ini
tapi telah
didramatisirdan disulap
menjadi
selangkangan bermandi asap
tangisnya tak
lagi airmata. ia darah
mata tuanya
menyimpan api. nyala api tak pernah
membakar
siapa-siapa, kekasihku
selangkangan di
penjuru mata angin
diamnya tak
simpan senyum dan tawamu
hingga kutulis
sajak
ini bukan
surga, tapi neraka, saudaraku
Pamekasan, 23
September 2019
Muhammad Tauhed Supratman, lahir di Pamekasan, 27 Nopember l970.
Alumnus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Univesitas Madura,
Pamekasan ini menulis puisi, menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Madura.
Karya-karyanya dipublikasikan di: Jawa Pos, Karya Darma, Mimbar Pembangunan
Agama, Mingguan Guru, Aula, Radar Madura, Surya, Surabaya Post, Kidung, Bende (Surabaya), Simponi, Inti Jaya, Kompas
(Jakarta), Suara Muhammadiyah (Yogjakarta), Sahabat Pena (Bandung), dan
sebagainga. Alumni Lembaga Jurnalistik Mandiri Jakarta 1993, Spesialisasi ilmu
Kewartawanan. S2 diselesaikan tahun 2010 di Universitas Islam Malang. Kumpulan
sajaknya bersama penyair lain: “Puisi Rakyat Merdeka” (Grasindo dan Ranesi,
2003), “Duka Aceh Duka Bersama” (Logung Pustaka dan Dewan Kesenian Jawa Timur,
Februari 2005), “Dari Are’ Lancor Ke
Hati Rencong” (Pustaka Indecs, Pamekasan, Maret 2005), “Malsasa 2005”.
(Surabaya: Alfa Media dan Forum Sastra Bersama, Desember 2005), “Nemor Kara”
(Antologi Puisi Modern Berbahasa Madura, Departemen Pendidikan Nasional, Balai
Bahasa Surabaya: Oktober 2006), “Pamekasan di Mata Penyair”(Dewan Kesenian
Pamekasan, Pamekasan: Januari 2007), “Surabaya 714” (Surabaya: Forum Sastra Bersama Surabaya dan Taman
Budaya Jawa Timur, Juli 2007). “Wanita Yang Membawa Kupu-Kupu” (Komite Sastra
Dewan Kesenian Sumenep dan Sanggar Lentera STKIP Sumenep, 2009), “Malsabaru
2011” (Malam Sastra Bagi Guru), 2011 (Surabaya: Forum Sastra Bersama Surabaya,
UPT Pendidikan dan Kesenian Dinas Pendidikan Provensi Jawa Timur). Pada 4-5
Juni 2003 mengikuti Gladi Seni Pertunj Ketua Prodi dan staf pengajar di almamaternya itu rajin
mengkoleksi sastra lisan (Pantun Madura) sebagai koleksi di perpustakaan
pribadinya. Kini tinggal di Jl. Jembatan Serang 3, Tanjung, Pademawu,
Pamekasan, Madura, 69381. E-mail:
tauhed27@yahoo.co.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar