MADURA
Bila kusebut namamu sekali
bergelombanglah laut di jiwa
asinlah segala yang pernah
kupijak dengan mata
Jarak bukan penggunting terali
cinta
dalam hidupmu aku hidup
dalam hidupku engkau hidup
Seperti sepasang sapi jantan di
medan laga
kupacu dan kucambuk jiwaku yang
mabuk oleh doa
supaya lesat segala damba sampai
ke palung sorga
Karena gersang tubuhmu dibajak
dengan bismillah
kupelajari yang asing dan tampak
jauh: padi-padi
menjuntai, daun-daun tembakau
menghijau,
dan pelepah-pelepah siwalan, dan
jari-jemari cemara udang,
dan keteguhan reranting jati
senantiasa tulus melambai
dan mengucap salam kepada yang
datang, pun yang akan
pergi
menyeberang
Di bungkuk punggung bukit-bukit
kapur
kubaca ayat-ayat yang diukir
dengan pacul: perjuangan adalah ketabahan
sebab seperti halnya hidup, mati
pun butuh diperjuangkan
Aku bercermin ke cakrawala
memandang burung-burung terbang
mengembara
kepak sayapnya merobek sisa
kenangan kita
di mana asin lautmu yang
membuihkan mutiara
adalah makam tempat nasib
berlayar
mengantarku ke masa depan
Kutub/Yogyakarta,
2015
PELESIR
ANAK KAMPUNG
Ke
ladang kita berpelesir
menyisir
takdir sesisir demi sesisir
bermandi
angin kemarau yang berdesir
Kesedihan
yang mekar malam hari
hangus
dipanggang matahari
Matamu
menyala ketika cabai kita merah
seperti
gincu gadis-gadis kota
Ketika
kita mulai memetiknya
di
sore yang kuning
ruang
dalam kata hening
tak
mampu mengucap cinta
Oleh karena itu, aku
tak lagi membutuhkan buku-buku
untuk mengerti rindu
atau bangku-bangku
sekolah yang hanya mengekalkan
kutukan
untuk sebuah bayang-bayang
peradaban
Kita tak memerlukan kemenangan
untuk sebuah pesta atau perayaan
sebab di ladang segalanya
terhampar
langit hanya selemparan tembikar
Jenangger,
2017
SINSU
Kudengar lagi jerit gergaji kayu
itu
menyanyi pada sebuah siang di
hari minggu
seperti kudengar derap kakimu
menempuh jarak yang cukup jauh
menerabas hutan
melintasi bukit dan pegunungan
menyeberangi sungai dan lautan
di mana tak pernah kau temukan
kota atau perkampungan untuk
bermalam
Engkau adalah ingatan yang
terpelanting
saat pangkal pohon mulai menganga
lalu terempas ke tanah moyang
hasratku menggeliat bersama sisa
jerit sinsu
aku ingin kembali memungut remah
kayu
dan berebut mayang nyiur dengan
mereka
dalam masa kanak-kanakku
Kudengar lagi jerit gergaji kayu
itu
menebang jiwaku yang piatu
Jenangger,
2017
NASIB 2
:Gus Zainal
Aku datang jauh dari pulau
pembuangan
jubah petapa mengkafani tubuhku
sepanjang perjalanan
Kini dengan khidmat kuketuk-ketuk
pintu doamu
bagai hujan mendamba tanah
berdebu
Paras wajahmu adalah kesatria
sejati
berperang melawan seribu musuh;
waktu demi hari
hanya menanti mati
Walau tak dapat kita berjabat
tangan
sambutlah aku di tapal batas
mimpi
Kutub/Yogykarta,
2015
ORKESTRASI SAJAK
Seperti biola digesek ekor kuda
jantan
aku menjelma instrumen dan
sebentuk nyanyian
Huruf-huruf mengalir bagai
gemericik sungai
bergetar jiwaku menyebut
kesunyian batu-batu
Mendengar dengung takdir dari
jauh
ditiup angin yang guruh
Maka saat aku dibacakan
serupa mantra di bibir kegelapan
Ruhku mengepak terbang
mengelilingi kilau
gemintang-bintang
Dan di saat itu pula
di bagian tubuhku yang mana
kudengar lengking seruling sendu
seperti
hujan memetik senar gitar berdebu
Hingga siang dan malamku
kalangkabutan
kejar-berkejaran dengan dengung
zaman
Seperti biola digesek ekor kuda
jantan
aku menjelma instrumen dan
nyanyian
Jenangger,
2016
Mohammad Ali
Tsabit,
lahir di Jenangger 1 November 1996. Menyelesaikan pendidikan MI hingga Mts. di
Madrasah Nasyatul Muta’allimin Candi. Setelah tamat dari SMA 1 Annuqayah Guluk-Guluk,
Sumenep, ia pernah kuliah dua semester di Prodi Sastra Indonesia Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta. Saat ini ia belajar di Prodi Perbandingan Agama Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama di Yogyakarta, ia tinggal dan
berproses di Komunitas Kutub. Karyanya berupa puisi dan esai beberapa kali
dimuat di media massa di antaranya, Suara
Merdeka, Solo Pos, Minggu Pagi, Media Indonesia, Pojok Cerpen, dan
lain-lain. Puisinya juga termaktub dalam kumpulan puisi penyair muda Madura, Ketam Ladam Rumah Ingatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar