Gambar: g/id.pinterest.com |
KEPUTUSAN
/I/
Berkali-kali
kubunuh diriku sendiri
setiap
melawan dusta hari-hari
semata
membuatku memalingkan hati
sebagai
kuli puisi.
/II/
Setiap
kali kubangun menara puisi
mengapa
selalu runtuh dan mencair
–menjadi; kalimat, diksi, kata, duka
dan
utuh kembali sebagai aku.
Mungkin
kini aku sudah putus hati
menjadi
kuli bangunan puisi-puisi.
di
saat makna waktu tak memberi
apa-apa
pada kata, puisi dan aku.
Dan
jangan panggil aku lagi, puisi
untuk
masuk ke duniamu yang penuh
mayat
hati dan babad darah waktu.
Ketika
makna masih terbungkus dusta,
dan
kata-kata tak lagi suci sebagai kata.
Cabean,
2018
LOLITA 1997*
/I/
Musim
panas erat-erat memeluk jantung Ramsdale
di
saat Humbert: ayah tirimu yang lembut namun
berbahaya
makin cerdas melilit hatimu perlahan
dengan
lidah manis seribu racun rayuan.
Sedangkan
kau Lolita–adalah puncak ketololan cinta
dalam
mobil purba: yang menyimpan segala lendir
berahi
persabunganmu dengan seorang pejantan tua.
Di
kala dalam gudang pikiranmu tak ada Dolores –
tak
ada duka-cita menggantung di cekung cantik matamu
ketika
ibumu lebih memilih menikahi mati daripada pedih
menanggung
rasa iri pada ayah tiri yang sedang kesetanan
cinta
pada anak tiri sendiri.
/II/
Mobil
jauh berlari di jalan Amerika–Humbert mulai merasa
betapa
cinta yang manis tinggal asin terasa di hotel tua
ketika
tubuh Lolita telah kehilangan wanginya sebagai leli.
Namun
rasa pahit semakin merekahkan pucuk gelisah
ketika
ayahmu tak dapat lagi mencium aroma
permen
karet
dalam mulutmu.
Lolita,
kau sungguh adalah hati yang sering patah di rengkuhan
sihir
cinta pria jantan. Di saat kau menghilang dan Humbert
tinggal
memeluk kesepian meratapi sampah-sampah cinta
di
sofa yang berwarna merah dosa malam itu.
Namun entah
Tuhan
pencerita menjadi maha cerdas dalam film ini.
Tiba-tiba
surat datang ketika tiga tahun Humbert menghabiskan
Usianya
mengeloni rindu dan air mata. Surat itu adalah
panggilan
dari seorang pujaan terlarang di masa silam.
(karena rute cinta memang tak terduga; kadang sering
membengkokkan
jalan hati manusia)
Ternyata
surat yang kau baca adalah duka yang kau terima
secara
sia-sia. Surat itu adalah riwayat hati Lolita yang telah
menikah
dengan meninggalkanmu secara tiba-tiba–kemudian
terluka.
/III/
Tanpa
memasang topeng duka Humbert tiba di depan wajah pintu
Lolita.
Sungguh kau siang ini seperti pengemis kahangatan yang
meminta-minta
sesuap pelukan pada kekasihnya yang telah berada
dalam
pelukan orang lain. Kemudian kau Lolita, seakan tak bisa lagi
mengotori
lidahmu dalam berkata: “ aku sudah menikah, maka
ciumlah
aku sebagai rindu penghabisan.” Katamu dengan suara banjir haru.
Namun,
Humbert hanya diam di saat puluhan kata tajam menusuk dadanya
pelan-pelan.
Lalu tibalah kau berkata ketika hujan telah redah di matamu.
“Lolita,
kau tinggal gema dari seorang gadis kecil yang mempessona
dalam
pelukan masa silam.”
Cabean,
2018
Lolita 1997*: judul
film yang diangkat dari cerita novel berjudul Lolita
karya Vladmir Nabakov.
THE MIRACLE WORKER*
Puluhan
burung mengaji surah air mata
ketika
Tuhan menumbuhkanmu tanpa cahaya
sementara
ibumu: menangis menyesalimu
sebagai
seonggok daging sunyi yang berjalan.
Barangkali
Tuhan pun tak mau disalahkan
ketika
Hellen Keller menanyakan hidupnya;
mengapa
lidahku melafalkan kebisuan,
mataku
menjelajahi ruang kegelepan
dan
batu sebesar penderitaan hati ibu
menyumbat
sepasang telingaku.
“Mungkin
aku dilahirkan hanya untuk melahirkan
duka
keributan,” katamu dalam film kenangan.
Ketika
nenek, kakek, ayah, ibu dan kakak
sering
berperang kata-kata api dalam rumah
di
saat sepasang tanganku yang buta menjatuhkan
benda-benda
berkilau dalam rumah.
Tapi
jantung hidup tidak selamanya berdetak air mata
ketika
Tuhan mengejutkanmu dengan kebaikan
maka
lihat kini; rahim keajaiban telah melahirkan
–Anne Sullivan sebagai malaikat bahasa yang
mengajari
jari-jarimu
mengerti nama-nama: manusia dan benda
–benda
alam semesta.
Cabean,
2018
The Miracle Worker* judul Film yang berkisah
tentang perjuangan Hellen Keller
sebagai
anak disabilitas.
PADA SUATU KOPI
Pada
suatu kopi yang dirahmati bibir kita
kini
kusesap kopi sekental rindu senikmat
puisi-puisi
yang kubacakan kini untukmu.
Seusai
puisi selesai menaruh kagum di
lipatan
senyummu. Kutuang kopi pada lepek,
ternyata
kulihat senyum wajahmu beriak di
genangan
kopi yang tersempuh cahaya pagi.
Yogyakarta,2017-2018
Gambar: doc/arsippenyairmadura |
Norrahman Alif, lahir di Jurang Ara –Sumenep
–Madura 01 Mei 1995. Menulis puisi dan resensi di Lesehan Sastra Kutub
Yogyakarta ( LSKY ). Beberapa karya saya bisa dinikmati di: Media Indonesia, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Solopos, Minggu
Pagi, Radar Surabaya, Merapi, Magelang Ekspres,
Bangka Pos, Radar Cirbon, Koran Madura, Majalah Simalaba, Analisa, Rakyat
Sultra, Tempo, Banjarmasin Post dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar