Lukisan Tradisional Motif Nelayan |
Bapak
Kembali Melaut
usai
berpuas-puas laut
memeram
semerbak karangnya
sampailah
kini aroma itu ke lambung kampung
kembalilah
bapak membantai ombak
malam-malam
semakin suam
pelita
doa menyala biru dari sajadah ibu
angin
menjilat-jilat
ikan-ikan
merapat
sembuhkan
alat-alat dapur yang sekarat
seranum
pipi sore
bapak
pulang menggenggam senyum cumi
hiasan
cantik di jaring teri
memasaknya
ibu bagi gundah lidah
dengan
sumringah nasi jagung
kuah
hitamnya mencecap sedap rongga basmalah
yakinlah
bukanlah
laut selama ini tidak acuh
akan
kerontang dada nelayan
hanya
barangkali menguji kesetiaan sampan
atas
kecemburuannya terhadap perantau
pencampak
penghasilan asal
sebagaimana
cita ladang petani jual
pelayaran
pun ditakwil hidup yang lebih selundup
ke
perut petaka
perahu-perahu
menggerutu
turut
tenggelam ke lubang saku
disihir
jadi bertumpuk-tumpuk toko jelita
berdesakan
di jakarta
Sumenep 2017
Panen
Jagung
tik
petik mari kau petik
sebelum
gigi rayap atau tikus
semakin
mencemberutkanmu
dalam
kobar yang tak terbayar
tabahlah
jika genggaman kini
tidak
seanugerah dulu-dulu lagi
namailah
ujian atau kutukan
atas
keedan-edanan zaman
namun
jangan sesekali patah
untuk
kembali menghijaukan
tanahmu
yang gelebah ambigu
dijajah
dosa dan kota angkara
tik
petik mari kau petik
syukuri
perih sayat hayat ini
disengat
deras keringat sendiri
pun
gatal-gatal dari luluh tubuh
jadikan
wasiat paling berkat
akan
anak-cucu modernmu itu
bahwa
hidup bukan kulit langit
yang
selalu biru dan bercahaya
bahkan
katakanlah ke takdir
soal
bumi nan usang hakikatnya
bakal
tetap kau perjuangkan
dengan
ruah darah arus airmata
tik
petik mari kau petik
buahku
yang kian siap telanjang
dijual
ditanak maupun disimpan
bekal
masa depan buram muram
masa-masa
di mana bijiku
tak
tentu orang-orang masih acuh
tersebab
mereka lebih memilih
kilau
mimpi khianat di perantauan
dan
kau-kau yang sedang setia
pada
tangisku musim demi musim
mudah-mudahan
bertahan iman
meratapi
kehancuran mendatang
Sumenep 2017
Daviatul Umam, lahir di Sumenep, 18 September 1996.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa ini merupakan mantan Ketua
Umum Sanggar Andalas, sekaligus aktivis beberapa komunitas teater dan sastra
lainnya. Sebagian karyanya dipublikasikan di sejumlah buku antologi bersama
serta media cetak dan online. Sesekali juga dinobatkan
sebagai pemenang atau nominasi di antara sekian lomba cipta puisi, lokal maupun
nasional. Berdomisili di Poteran Talango Sumenep, Madura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar