Rani 1
Suara angin memasuki ingatan
Kenangan berdebur perahu karam
Air laut pasang,malam asin
Purnama tutup usia ,bintang terbang
Malam
berlanjut,namamu ku sebut
Angin keras
mengesekkan tubuh kenangan
Bibir pucat,kedip matamu kekal di jendela kamar
Embun melempar bayang muram
kemarau menjelma daun gugur
Ombak-ombak mendekatkan pada maut
Kita hanya setangkai sepi membakar diri
Menyentuh pipi, mimpi mati
Gerimis bau amis
Melantunka bunyi tangis
Wajakmu meletup,dan di tutup
Juli ahkir segala janji
Taji-taji menusuk pedih
Kemarau berhembus,memutus usia hujan.
2016
Rani 2
Kau lepas dari nafas
tangan-tangan mimpi melempar sesak
Matamu menghunus
purnama jadi sekeping luka menempel dilapisan kulit
Akankah doa kita berujung sama ?
Gerimis menghapus dirinya
Angin bau kemarau daun-daun gugur
Bayangku membusuk terbujur hancur melebur
Matarari terbit
Dari setangkai mawar yang gagal jadi seepasang pengantin
Air mata membanjiri hasrat, janji kandas
Baca segala doa di hening malam
Memungut sebaris kedip matamu dari sepotong senja
Kita berhianat pada kupu-kupu di tepi pantai itu
Ikrar mencakar
mencabut akar
dada yang telah bertukar kabar
Dada yang kini terkapar
Melepas ke sepi ,hanyut ke kaki waktu
Menguburmu,agar kematian nyata
Ribuan kata,ribuan mantra,dirangkai jadi tangga mendaki
duka
Tutuplah segala pintumu
Buatlah bisu
2016
Mudik
Lorong panjang matahari terlentang
Resah terbang menuju gerbang telanjang
Tembang-tembang kembang sahdu bergelombang
Sungai mengalir lancar sejuk melingkar,debar kabar
Bintang-bintang berbincang dekap dada kencang
Udara segar menyebar aroma mawar terpancar berputar-putar
Sepi jadi tawar setelah waktu bertukar kobar
Riuh rindu runtuh melewati suramadu
Menatap wajah ibu Tubuh jadi utuh beribu-ribu lagu
2016
Di Teminal
Yang pergi
Yang kembali berganti setiap hari
Di bangku-bangku orang beku
Menghitung jari-jari waktu
Desah tangis menyisakan jejak
Meninggalkan asap-asap dupa
Dan rerempak ritual
Di termimal
Berdesak mencari tempat duduk
Berdesak mencari alamat rumah
Meninggalkan rindu
Membawa peluru pilu
Memburu relung waktu
2016
Hujan Tiba
Hujan tiba meraba dada
Mata basah membaca nada
Dingin pekat jantung jadi patung
Wajahmu mengilas gemetar bibir
Desah hujan tajam
Jam berlari megintari sepi ngeri.
Hujan tiba meraba dada
Menyebar luka
Menetas segala nama duka
Namamu di doa dekat dalam harap merayap
Ooh .perempuanku
Di gelisah ini hujan berdarah
Abd.Sofi,
lahir di pesisir pantai
bicabi,dungkek sumenep madura 17 juli 1991,seorang pelaut yang jatuh cinta pada
puisi. Karya-karyanya dimuat di sejumlah media cetak dan online di antaranya:
Riau Post,Metro Riau,Padang Ekspres,Harian Amanah(jakarta)Harian
Haluan(padang)Medan Bisnis,Harian Analisa(medan),Bangka Post,Bali Post,Lini
Fiksi,Sastra Flores,Kala Leterasi,Koran Madura,Radar Bekasi, Radar Banyuwangi,Radar Mojokerto,Belutin jejak(bekasi)Minggu
Pagi,Harian Rakyat Sumbar,Go Cakrawala,Majalah Sastra Cemara,Tanjungpinang
post,dll. Juga
dalam antologi bersama Bergiat di Rumah Sajak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar