toptenz.net624 × 351 |
TEGAK LURUS DENGAN AREK LANCOR #2
--Untuk Ar
Kubiarkan
tubuhku tenggelam
Dalam segelas rindu, kopi, juga kenangan
Barangkali, tak ada yang perlu kucemaskan
Dari detak jarum jam di lekuk tugu Lancor
Tempat dulu kita sandarkan kehangatan
Sampai tiba waktu: kudaki jalan ke hatimu
Juga kau, sesapi nadi hidupku
Hingga di sepertiga malam
Kita bermuka-muka dalam bayang sendu
Tapi malam ini, ada yang tak biasa
Jarak kita semakin samar dari
pandangan
Wajahmu seperti sketsa di selembar
mimpiku
Dan nafasmu terus rasuki kalbu
Hingga wajahmu mekar
Di beranda harapaku
Kita
tak pernah menyangka
Bahwa jarak menghapus batas kepastian
Hingga kerinduanku tegak lurus
Membelah kabut penantian
Pamekasan 2017
PANOBIN
Pertapa di antara cupu-cupu sesaji
Saat cecap lidah terpukat di bukit puting sari
Dimana gantang-gantang nyeri bermula melampaui diri
Tanpa canggung memanggul segenap isi:
Ah,
sebab apalagi yang masih tersembunyi
Dibalik tipis rintih selang ulu nadi
Selagi langit meniadakan bulir hujan
Ia mendirikan cukup sumur
Bagi hausku yang bersarang
Karena baginya, menadahkan tangan tak pernah terbayang
Kapan akhir dari tandus airmata perempuan
Hembuskanlah sepenuh udara !
Taburkanlah segenap rahasia !
Maka, sendiri aku binasa
Misalnya tak ada hari ini
Dimanakah tandang batas
Jantung angin menyembunyikan nafas
Sebab katanya,
Pada selangkangan kedua kaki aku akan terlahir
Pada selangkangan kedua kaki aku bisa berakhir
Tuhan, aku mengenalmu
Dalam buncit perut ibu
Pamekasan 2017
MADURA
DALAM DEKAPAN
Pada lautmu limpahan pekat asin garam
Bukan sesaji sampan dimana pagan-pagan tumbuh
menjulang
Adakah sebab yang dapat dilipatkan
Saat nelayan melarungkan jala-jala kerinduan
Merebut tali pukat yang siap diimpikan
Begitulah awal sebab, garammu mengalir di sekujur
badan
Merumuskan layar-layar ingatan, sebelum benar-benar
berkembang
Pada tanahmu mendekap selimut madu
Bukan rokat tanah dimana aku tumbuh diasuh
Belajar mencecap sari-sari mayang di mulutku
Beras ketumbar dan sekerat daging sapi yang kau
janjikan
Adalah isyarat kepulangan
Sebelum luruh meja-meja persajian
Aku bergegas dengan rasa was-was
Masih adakah takdir dalam hisapan daun tembakau
Dalam irisan tipis rintih ibu
Sebelum orang-orang melipat jarak menuju hulu
Madura dalam dekapan
Madura tanpa garam
Tak terbayang
Pamekasan 2017
Sugik Muhammad Sahar lahir di Pamekasan 30 Mei. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Pada tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Post, Haluan Padang, Rubrik LiniFiksi, Rubrik Sastra dan Budaya Harian Sultra, Banjarmasin Post, dll. Kini menetap di Kampung Halamannya Sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar