DARI
UJUNG GELAP
malam
seperti menembakku dengan peluru kesunyian
tepat
di batok kepala berisi buntalan ketakutan
kuingat
hangat pandanganmu masih menugu
saat
pertama kali kita bertemu menukar senyum bisu
dari
ujung gelap, tempat kau dan aku menanam harap
kusimpan
aroma kasihmu di laci mimpi yang senyap
ingin
kudengar rintih cinta menggema
dihancurkan
angin lembah di dalam dada
jauh
di ceruk curam jiwa
masih
kudengar pantulan perih luka
pedihnya
tak terbungkam oleh malam pertama
saat
mengayuh masing-masing tubuh mengembara
Malang, 2015
UNGKAPAN
CINTA YANG SEDERHANA
gerimis
membasahi angan-angan
meski
tak ada hujan yang menancap malam
apalagi
mengabarkan keheningan
di
atas pundakku, langit berubah gadis cantik
dengan
senyum yang selalu terasa menawan
dan
di antara sungai yang ditinggal anak air
aku
menyaksikan bumi rajin menyusu
pada
matahari
membawa
darah udara yang terbungkus
di
saku angkasa
sebagai
ungkapan cinta yang sederhana
Malang, 2015
PENYAIR
DALAM KULKAS
:
Joko Pinurbo
dia
lebih suka mendengarkan alam di dalam kulkas
hembusan
angin, pasang surut laut, kicauan burung
di
langit, dan suara jangkrik dalam gemerlap sunyi
malam.
di
dalamnya ada gumpalan-gumpalan salju yang
membekukan
hati
sisa-sisa
luka yang membekas pada daging yang membusuk
ingatan
masa lalu yang tersimpan dalam gelas-gelas waktu
dia
tetap tersenyum melawan trauma dan pahitnya hidup
menutupi
luka dan kesedihan yang teramat dalam
sembari
membuka dunia baru di mata dan menjamah
bumi
dengan kata-kata
Puswil, 2015
Subaidi Pratama,
lahir
di Sumenep, 11 Juni 1992. Puisinya dimuat di banyak media. Dan terkumpul dalam
antologi “Festival Bulan Purnama” Trowulan Mojokerto 2010, “Bersepeda
KeBulan” Yayasan Haripuisi Indonesia 2014, “NUN” Yayasan Haripuisi Indonesia 2015 dan“Ketam Ladam Rumah
Ingatan” Lembaga Seni & Sastra Reboeng 2016. Alumni PP. Annuqayah tahun
2010. Pendiri komunitas sastra Malam
Reboan di kota Malang. Dan kini, menggerakkan Rumah Bahasa di MTs & SMA
Tarbiyatus Shibyan Jadung, Dungkek, Sumenep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar