Kampung
Kombang
begitulah kisah
kampung ini sekarang
tentang tanah
subur dan gembur
lagu-lagu ombak
pengantar nelayan
supaya aku tahu,
hidup begitu
bernafas dari keringat
airmata
tembang-tembang nemor*
nyanyian dadali
bersarang di jantung nadimu
perjalanan tidak
berhenti di sini saja
begitu melihat
ke laut
di atas
gelombang dan penuh badai
ada seorang
laki-laki: ayah dari
anak-anak yang
berlarian di ujung pesisir
sedang bertaruh
nyawa demi serumpun senyum
yang sedang
mereka istimewakan saat senja
bertandang
di rumah tamu
dan mimpi
yang menetas
jadi rembulan
2013
Seperti
Abu dan Hujan
Seperti abu dan
hujan
hidupmu diterbangkan
angin dan
lahir ditentukan
musim
entah berapa
lama kau di sini kekasihku
kau ciptakan
embun lalu dari embun
kau lahirkan
basah, daun-daun juga tanah
yang semalam kau
curamkan jadi puisi
sedangkan di
alismu yang syahwat aku termangu meminum
kenangan
seperti abu dan
hujan
aku lelaki yang
dipenjarakan namamu
kemudian
setangkai bunga tumbuh di
antara puisimu
yang tak boleh aku baca
: belum puas kau
seperti abu dan hujan
september pergi
ke akar januari
tiba-tiba kau
masuk dalam mataku
membangun menara
dengan bayanganmu sendiri
sebab hanya pada
abu dan hujan
aku mencintaimu dengan sederhana
2013
Perempuan
Madura
Perempuan dalam
nadiku
Seperti hujan
pamit
Menjengkal arah
cintaku
Menjemput
rembulan sabit
Padamu perempuan
Madura
Darahku tempat
berteduh
Dari kuburan
dukalara
Hingga dermaga
terteduh
Senja pergi
menjumpaimu
Mengulur waktu
matamu
Menjumlah arah
pulaumu
Desir ombak
lautmu
Perempuan Madura
dulu
Adalah ibuku
cinta
Semerbak bunga
qulhu
Derai suatu
kata-kata
Meminanngmu dari
tembakau
Menyelami asin
garam
Melamarmu aku
terpukau
Menikahimu aku
temaram
Senja telah
rampung
Menampung hujan
senandung
Mengerami rindu
serumpun
Dalam hati yang
unggun
Pulang kepadamu
: musim
Tempat berteduh
dari hening
Suara langit
beriring
Mengantar pesan
yang muhrim
Pada suatu waktu
Memandangmu dari
jauh
Wangi rambut
alastu
Getar rasa tak
keluh
Pintu rumahmu
terbuka
Untukku yang
puasa
Dari timur pulau
cinta
Sampai qoda’
kuasa
Perempuan Madura
: kamu
Hanyalah
potongan tubuhku
Yang datang
untukku
Sebagai hawa
harimku.
Perempuan dalam
puisi
Mencintaimu
sampai puisi
Menulismu dari
puisi
Meminangmu
dengan puisi
Istana puisi 2014
Kuradi, lahir di
kepulauan Giligenting, Sumenep, Madura. Alumnus Pondok Pesantren Mathali’ul
Anwar, Pengarangan, Sumenep. Karya sastranya berupa puisi, cerpen, novel,
roman, pantun dan esai dalam bahasa Indonesia dan Madura. Beberapa karyanya
dimuat diberbagai media massa dan antologi bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar