DI KEDAI JABMINA
Di kedaimu, aku tak menemukan hujan
Apalagi dingin yang tajam
Aroma kopi mengepung
Tapi jangan kau tanyakan
Berapa lama lagi aku akan bergeser
Dan kembali lagi ke kedaimu ini?
Cinta adalah kemungkinan daun jatuh
Mari kita nikmati seentah mungkin
Aroma kopi ini—selagi tuhan berbaik hati
Di kedaimu aku tak pernah peduli
Segala yang jatuh di luar: cahaya
Atau suara burung hantu
Tapi jangan kau tanyakan
Semenjak di kedai ini
Kau sama sekali tak bersama istri?
Perempuan adalah rahasia hati
Dilambungkannya mimpi-mimpi yang tinggi
Hari-hari yang bakal datang dan baru
Oh, aku tetap di kedai ini
Mendzikirkan masa lalu
Kutub, 2015
SELEMBAR DAUN SIRIH
Pada selembar daun sirih itu
Aku menaruh mimpi
:Kota yang tenang dari luka-luka hati
Dan pada ruasnya, anak-anak muda
Sudah bisa meraba masa depan yang lebih
waras
Membiasakan diri peduli
Pada bumi pertiwi
Pada selembar daun sirih itu
Kutitip sajak ini
Tanpa amuk dan kapak
Semoga terjaga sepanjang hayat.
Krapyak, 2015
KUKECUP TERANG
BERSAMA LANCIP PUISI
Di pagi yang bangkit dari alis matamu
Nyanyian burung murai mengiringiku
--Memburu nasib dan waktu
Betapa sering yang sia-sia lebih awal
Membentangkan diri dijagat bumi
Kukecup terang bersama lancip puisi
Memanggil udara, cinta, dan pesona
Kutangkap peristiwa yang terkadang sepi
Sesekali menyenandungkan luka-luka hati
Ke dalam kata, ke dalam diri
Sama-sama waktu adalah tanda tanya
Kutub, 2015
DI KAMAR 23
Aku lupa menutup gorden
Tiba-tiba malam masuk ke dalam kamar
Hinggap di pelupuk mata
Mungkin aku sedang tak berkhayal
Atau khayal yang sedang mungkin
:Bahwa kau sedang berjalan disepanjang
rel
Membaca nomer kereta yang lewat
Antara sepi dan riuh rendah gelisah hati
Angin mungkin sama
Di sampingmu—di sampingku
Bila dingin akan sama-sama dingin
Tapi di kamar 23 ini
Aku sedang tidak berhayal
:Bahwa kau tetap berjalan sepanjang rel
Menghitung satu, dua kereta yang lewat
malam ini
Menenggelamkan ketakutan akan
kemungkinan lain
Di hadapan waktu yang terus laju
Silau cahaya
Seperti matahari yang terbit suatu pagi
Di kamar ini aku tak sendiri.
Krapyak, 2015
Anwar Noeris, Lahir di Sumenep, Madura 19 Februari 1995.
Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY) dan Nyantri di Pondok
Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar