Dalam
Pertentangan
Suara nenek
moyang
bergema di dada
Suara mesin dan
umpatan
bargaung di
telinga
Berikan aku bir
Aku sudah tidak
kuat lagi
menanggung
pertentangan ini
Di mana titik damai
Di mana titik
perhentian
pencarianku akan
ketunggalan?
Berikan aku bir
Aku ingin
melupakan
kenyataan kacau
ini
Cabeyan, 2013
Aku
dan Waktu
Kita dilahirkan
dari nasip yang sama:
tumbuh sebagai
pelayar
di antara dua
kegelapan
Kita bagai
sepasang pecinta:
kau menyinari
benda-benda
aku yang
menunjuknya;
aku memanggil
makna-makna
kau yang
mengekalkannya
Cabeyan, 2013
Ku
Bisa Menjadi Apa dan Siapa Saja
aku bisa menjadi
apa dan siapa saja:
menjadi pohon,
kucing, hantu atau seorang rahib;
aku bisa menimba
air pada semua sumur di belahan bumi manapun
dan menuangkannya
ke botol hatiku yang kecil ini
aku bisa
meminjam air mata pada setiap peristiwa
atau mengubur
kemurungan dalam senyumanku;
aku bisa mabuk
dan menari di hadapan kalian
atau menyulap
kemunafikan jadi semacam kitab suci
puisi adalah
kamar gelap
yang bisa saja
menutup pintu untuk cuaca di luar
atau tiang yang
gampang roboh oleh kibasan angin
yang bertiup
dari dada para penyair
dan aku yang
melangkah di jalan puisiku
bisa menjadi apa
dan siapa saja
bahkan bisa
menjadi laut
tempat puisi
menenggelamkan diri
Gowok, 2012
Apalah
Arti Semesta dan Seisinya
apalah arti
semesta dan seisinya
dibanding
keberadaannya di sisiku
tempat tinggalku
di dalam matanya
dan matanya
berada dalam hatiku
oh, aku tak tahu
bagaimana harus bertahan
dalam perpisahan
ini
sebab
mengingatnya adalah penderitaan
dan melupakannya
adalah kematian
Krapyak, 2012
Muhammad Ali Fakih, lahir di Kerta Timur, Dasuk,
Sumenep Madura, 08 Maret 1988. Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah.
Menyelesaikan studinya di S-1nya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan bergiat
di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta. Puisi-puisinya terbit di pelbagai media
massa dan terkumpul dalam beberapa antologi bersama. Buku puisinya “Di Laut
Musik” terbit pada tahun 2016 oleh Cantrik Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar