TAS, TAS, TAS
Bunyi
hujan di atas
Genting
kaca
semakin
kau pandang
semakin
ia cepat
semakin
dekat
menuju
matamu.
sebelum
melihatnya rantas
pecah
semu
tak
ada sedikitpun kesiapan
untukmu
menjaga debar
dada
melihat
jatuhnya.
tas,
tas, tas
bunyi
hujan di atas
genting
kaca
:
satu-satunya tanda
bahwa
ada yang tak bisa
ditembus
mudah
melainkan
cahaya.
setelah
kesepakatan antara
hujan,
udara, serta ketakutan
yang
mulai reda
(desember, 2013)
HUJAN INI LEGIT
mungkin
ada caramel
yang
tuhan titipkan
pada
tiap bulirnya
lapir-melapis
kita
dampit
di
bawah langit
hujan
ini legit
(desember, 2013)
HUJAN TELAH MENJADI POHON
hunan
telah menjadi
pohon.
menggantikan semua
yang
ruah tumpah
sebagai
kesedihan tanah
ia
yang kau semai
kau
siangi
telah
berbiak. berbuah
semakin
rimbun. semakin pikun
hujan
telah menjai
pohon.
menjadi
hujan.
menjadi
pohon.
(desember, 2013)
HUJAN YANG TERBAKAR
aku
pernah melihatnya
mondar-mandir
di
depan rumah
juga
angka-angka kalender.
ia
turun
lalu
murup.
membesar.
berkobar
matikan
pohon, sungai
juga
harapan.
kali
ini dadaku yang ingin
ia
gosongkan dengan
sebenar-benar
api
sekilat-kilat
aku
lari
dan sembunyi
diri.
(desember, 2013)
SEBENTAR LAGI AKU PUNYA HUJAN
setelah
matahari
selesai
aku kuburkan
di
tanah belakang rumah.
tak
perlu juga
aku
kenali isyarat mendung.
sebab,
mata telah
bertemu
pada yang seharusnya
disinggahi
bayu.
sebentar
lagi aku
punya
hujan dari butir pasir
yang
kau abaikan dari daun
yang
kau kecewakan.
sebentar
lagi aku
punya
hujan
punya
tuhan.
(desember, 2013)
Andy Moe: lahir
di Bangkalan. Kini bergiat di Komunitas Bingkai Seni (Bis Kota) dan Rumah
Tulis: Kita, Bangkalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar