Perancang sampul: Mubin YP. |
Potret Langit
Di ambang pintu-pintu rumahku
ada langit-langit pecah pada matamu,
langit yang berubah merah berapi.
Ingin sekali aku memegangnya
langit yang menumpahkan gerimis
bulir bintik yang mengantar resah
terus melepas, terus menetas.
Engkau, langit yang terus mengumpat matahari:
bukankah aku telah melukiskannya
gunung-gunung dengan sekerat embun
hingga lautan lepas membangun badai
membawa lelah yang bersarang.
Dari sekian nama-nama langit:
semoga salam tetap sampai
semoga pisah tetap tenggelam
Surabaya, 2015
Biduk
Biduk di taman, menyanyi sepanjang malam
di punggungnya, tergambar riak air menari tentang
musim
ikan yang berloncatan.
Kenang, kenanglah
sebab angin selatan membawa kabar ke telaga:
bahwa laut tak akan sepi
bahwa ikan akan terus berlari.
Di mimpinya, biduk telah siap menelan resah
keretap angsa memutar ke teluh dada.
Mari, pahat satu-satu
membangun rumah dari rindu
berlayar hingga ke laut ibu.
Sampang, 2015
Arif
Efendy, lahir di Sumenep 15 Pebruari 1993.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Selatan. Sekarang kuliah di
Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Bergiat di Lingkar Studi Budaya Madura (LSBM),
Bangkalan dan Komunitas Thelikah Bangkalan. Puisinya pernah terantologi secara
komunal, antara lain: Puisi Menolak
Korupsi 2, (2014), dan puisinya
yang berjudul Sajak Awal Tahun terpilih
di majalah Zine Il licjerman Indonesian Poetry Battle On Facebook 6, 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar