Dalam
Runcing Mata Mereka
Madura,
Panas yang
meruncing di tubuhmu
Mendarah di
tubuhku
Laut yang
sajaknya ombak
Lantunkan olle-ollang yang sulurkan rindu-rindu
Pada perahu yang
menghempas karang
Membising dalam
deru mesin kapal nelayan
Dan desah para blater, yang terbakar api perjuangan
Mereka tak
mengeluh pada suatu pelayaran
Dalam terpaan
angin yang membusung dan mengulum tubuh mereka
Mereka tak
merasa sakit, acap kali tebasan merobek kulit mereka
Karena nafas
mereka di jantung pulau Madura
Nelayan dan blater adalah sesungging senyum
Menjadi tugu,
yang karang dalam hempasan waktu
Darahnya akan
terus mengaliri sungai-sungai waktu
Yang hidup dalam
deretan tahun
Meski kita hidup
dalam keterasingan zaman
Dan mendaki di
situs sebuah perantauan
Tapi olee-ollang akan tetap membawa kita
pulang
Jangan
Jangan tukar
rindu ini dengan api
Bilamana aku
cemburu, maka ia akan membekarku
Jangan tukar
rindu ini dengan panas
Saat rasa ini menggebu,
maka ia akan melepuhkanku
Jangan tukar
rindu ini dengan api
Karena kapan
saja, ia bisa menghempaskanku
Bila kau tukar
dengan dingin
Ia bisa
membuatku beku
Tapi tukarlah
dengan laut
Maka ia akan
menenggelamkanku pada kedalaman rindu ini.
Rindu
yang Setia
-buat
mbok di rumah
Mbok, tangismu
masih berjelaga
Menusuk sukmaku
dalam sebuah keterasingan
Setiap kata demi
kata, ketika kau mulai merapal mantra
Melahirkan
makna, mencari tuan sebagai kata-kata
Aku masih ingat,
ketika kau tumpahkan benda berharga
Dalam wujud air
mata
Satu pesanmu
telah kujaga
Mbok, tangismu
yang luka
Bilamana jadi
duka
Kau mengubahnya
jadi doa
Menggerus sedih
yang terlampau setia
Dalam goresan
sebuah cerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar