Ayah, siapa namamu?
Siapa nama ibuku?
Apa arti nama kalian?
Kenapa terasa sepi?
Kenapa aku sendiri?
Ayo bermain denganku, ayah!
Jangan pergi!
Ayah jahat!
Silsilah tanya dari kedalaman angan,
akankah terbesit di lubuk hatimu?
Mengungkap sebuah perjalanan
merupakan tempat bersarangnya kebenaran.
Tidakkah kamu tahu bahwa bentuk sesungguhnya
rindu ada pada ketulusan kami?
Sayang kami,
Tertanam di dinding hatimu.
Kekal dan abadi.
Proses Kelahiran
Panik menerpa masih terbayang,
Berapa banyak air mata yang telah
mengalir menuntun resah gelisah
menjadi tangis kebahagiaan menyambut
malaikat kecilku yang mungil itu kali
pertama menatapku, seolah menyapa batinku.
Ketika sesuara penyeru-Nya
diperdengarkan
pada dinding pendengaran yang masih suci,
tangan mungil menggenggam telunjukku, batin
semakin
menyatu bahwa
kau anakku, aku ayahmu.
Kamu selalu di
hati, sayang.
Az Zahra Cahya Nurani kali pertama
Kutemukan
nama itu dalam setumpuk kata
yang terlantun dalam benak.
Menjadi Gayatri puspita sari dengan makna
begitu lincah dan ceria.
Seperti
sekarang.
Rindu Ayah
Aku ingin memelukmu, kelembutan.
Agar aku lebih menguasai keadaa
ruang pikiranmu,
dan kutuntun melewati
liuk yang sesaat akan menghempas beban tanya,
"Kapan aku bisa bertemu Ayah? "
"Aku ada tepat di sini, anakku." (Menunjuk
dada)
Darah yang mengalir itu adalah jiwaku, bersamamu.
Ketika hal yang mencekam tiba,
Atau kepedihan yang tak cepat berlalu,
Maka pejamkan matamu, nak.
Ingatlah aku dan ibumu.
Lebih-lebih bayangan itu mengarahkan
pandanganmu pada keutuhan,
jalanmu akan ada lilin sebagai petunjuk,
Cahaya itu adalah keadaan hati kami kepadamu.
dan setiap hal akan berlalu,
Seperti jalan kami.
Menemukan penyelesaian yang terbaik.
Putra Mulya
Nurjaya,
Pria kelahiran Bangkalan, 1 Mei 1987 ini mengawali perjalanan seninya dengan
cukup panjang. Dari basik musik sejak SMP, dan menjelang SMA, ia mengikuti
ekstrakurikuler Teater di SMAN 3 bangkalan, saat itu sang Guru besar M.Helmy Prasetya menjadi andil kuat
memberi pengaruh positif tentang perjalanan karirnya. Ia dan teman-teman
seperjuangan menggantikan kekosongan pelatih di teater Mutiara dan hingga kini,
ia ditunjuk menjadi Pembina teater Mutiara SMAN 3 Bangkalan. Jaya, sapa
akrabnya juga menjadi pembina Teater di
salah satu sekolah SD di bangkalan. Lulus dari SMA, ia bergabung dengan
Komunitas Masyarakat Lumpur tahun 2008 sampai sekarang. Sempat aktif dalam seni
karawitan, dan membentuk sanggar seni karawitan PASEBAN. Jaya sering mengikuti
workshop-workshop, pelatihan-pelatihan seni, juga lomba-lomba teater,
musikalisasi puisi tingkat Kabupaten sampai Jawa Timur. Ia juga pernah meraih
10 penulis terbaik Fragmen Budi Pekerti 2012, ia juga tergabung dalam forum
Dewan Kesenian Bangkalan, dalam bidang musik. Disamping kesibukan
sehari-harinya menjadi Anggota korps Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Bangkalan, ia juga aktif dalam kelompok Marching band Gita Praja Kabupaten
Bangkalan. Dan sekarang, ia sedang mendalami proses karya tulis atas dukungan
penuh dari sang Guru besar dan kawan-kawan Komunitas Masyarakat Lumpur. Pada
tahun 2016 menerbitkan buku antologi puisi berjudul Melukis Wajah Rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar