Perempuan Madura, diambil dari My Blog |
PEREMPUAN
MADURA
Perempuan dalam nadiku
Seperti hujan pamit
Menjengkal arah cintaku
Menjemput rembulan sabit
Padamu perempuan madura
Darahku tempat berteduh
Dari kuburan dukalara
Hingga dermaga terteduh
Senja pergi menjumpaimu
Mengulur waktu matamu
menjumlah arah pulaumu
Desir ombak lautmu
Perempuan madura dulu
adalah ibuku cinta
Semerbak bunga qulhu
derai suatu kata-kata
Meminangmu dari tembakau
Menyelami asin garam
Melamarmu aku terpukau
Menikahimu aku temaram
Senja telah rampung
Menampung hujan senandung
Mengerami rindu serumpun
Dalam hati yang unggun
Pulang kepadamu : musim
Tempat terteduh dari hening
Suara langit beriring
Mengantar pesan yang muhrim
Pada suatu waktu
Memandangmu dari jauh
Wangi rambut alastu
Getar rasa tak keluh
Pintu rumahmu terbuka
Untukku yang puasa
Dari timur pulau cinta
Sampai qoda' kuasa
Perempuan madura : kamu
Hanyalah potongan tubuhku
Yang datang untukku
Sebagai hawa harimku
Perempuan dalam puisi
Mencintaimu sampai puisi
Menulismu dari puisi
Meminangmu dengan puisi
istana puisi 2014
Perempuan dalam nadiku
Seperti hujan pamit
Menjengkal arah cintaku
Menjemput rembulan sabit
Padamu perempuan madura
Darahku tempat berteduh
Dari kuburan dukalara
Hingga dermaga terteduh
Senja pergi menjumpaimu
Mengulur waktu matamu
menjumlah arah pulaumu
Desir ombak lautmu
Perempuan madura dulu
adalah ibuku cinta
Semerbak bunga qulhu
derai suatu kata-kata
Meminangmu dari tembakau
Menyelami asin garam
Melamarmu aku terpukau
Menikahimu aku temaram
Senja telah rampung
Menampung hujan senandung
Mengerami rindu serumpun
Dalam hati yang unggun
Pulang kepadamu : musim
Tempat terteduh dari hening
Suara langit beriring
Mengantar pesan yang muhrim
Pada suatu waktu
Memandangmu dari jauh
Wangi rambut alastu
Getar rasa tak keluh
Pintu rumahmu terbuka
Untukku yang puasa
Dari timur pulau cinta
Sampai qoda' kuasa
Perempuan madura : kamu
Hanyalah potongan tubuhku
Yang datang untukku
Sebagai hawa harimku
Perempuan dalam puisi
Mencintaimu sampai puisi
Menulismu dari puisi
Meminangmu dengan puisi
istana puisi 2014
KAMPUNG KOMBANG
begitulah kisah kampung ini sekarang
tentang tanah subur dan gembur
lagu-lagu ombak pengantar nelayan
supaya aku tahu,
hidup begitu bernafas dari keringat
airmata
tembang-tembang nemor
nyanyian dadali bersarang di jantung nadimu
perjalanan tidak berhenti disini saja
begitu melihat ke laut
di atas gelombang dan peluh badai
ada seorang laki-laki : ayah dari
anak-anak yang berlarian di ujung pesisir
sedang bertaruh nyawa demi serumpun senyum
yang sedang mereka istimewakan saat senja bertandang
di ruang tamu dan mimpi
yang menetas jadi rembulan
2013
begitulah kisah kampung ini sekarang
tentang tanah subur dan gembur
lagu-lagu ombak pengantar nelayan
supaya aku tahu,
hidup begitu bernafas dari keringat
airmata
tembang-tembang nemor
nyanyian dadali bersarang di jantung nadimu
perjalanan tidak berhenti disini saja
begitu melihat ke laut
di atas gelombang dan peluh badai
ada seorang laki-laki : ayah dari
anak-anak yang berlarian di ujung pesisir
sedang bertaruh nyawa demi serumpun senyum
yang sedang mereka istimewakan saat senja bertandang
di ruang tamu dan mimpi
yang menetas jadi rembulan
2013
SEPERTI ABU
DAN HUJAN
Seperti abu dan hujan
hidupmu diterbangkan angin dan
lahir ditentukan musim
entah berapa lama kau di sini kekasihku
kau ciptakan embun lalu dari embun
kau lahirkan basah, daun-daun juga tanah
yang semalam kau curamkan jadi puisi
sedangkan di alismu yang syahwat aku termangu meminum kenangan
seperti abu dan hujan
aku lelaki yang dipenjarakan namamu
kemudian setangkai bunga tumbuh di
antara puisimu yang tak boleh aku baca
: belum puas kau seperti abu dan hujan
september pergi ke akar januari
tiba-tiba kau masuk dalam mataku
membangun menara dengan bayanganmu sendiri
sebab hanya pada abu dan hujan
aku mencintaimu dengan sederhana
2013
Seperti abu dan hujan
hidupmu diterbangkan angin dan
lahir ditentukan musim
entah berapa lama kau di sini kekasihku
kau ciptakan embun lalu dari embun
kau lahirkan basah, daun-daun juga tanah
yang semalam kau curamkan jadi puisi
sedangkan di alismu yang syahwat aku termangu meminum kenangan
seperti abu dan hujan
aku lelaki yang dipenjarakan namamu
kemudian setangkai bunga tumbuh di
antara puisimu yang tak boleh aku baca
: belum puas kau seperti abu dan hujan
september pergi ke akar januari
tiba-tiba kau masuk dalam mataku
membangun menara dengan bayanganmu sendiri
sebab hanya pada abu dan hujan
aku mencintaimu dengan sederhana
2013
PAGI DI
TERMINAL BEKASI
Dari menit tempat puisi menyelesaikan hujan
seorang anak menggendong jalan dan airmata, secercah harapan
singgah dan pergi di ketiak kemarau
lukisan ibunya di gambar dalam bus-bus yang singgah dan pergi
sebuah peristiwa masa kecil
yang terulang dalam tong sampah
dan got yang mulai kental dengan musim
di depan rumah makan padang
calo-calo menjelma malaikat
menawarkan celana dan tubuhnya
sedangkan di sudut lampu merah
pengemis masih meratap, mencari segumpal anugerah dari doa-doa yang pincang semalam
di dalam taman
seekor kupu-kupu menyulang air mani
di dadanya seribu laki-laki mengantri
tiket hari ini terjual habis, PLN mati tiba-tiba
gerhana mengantuk
malam terasa sempit di hidung kota
stasiun mulai cemas_hari ini kiamat
bukan lagi kabar dari koran-koran minggu yang kusam
para sopir angkot mengumpat
BBM seperti jalan tanpa kepala
berita kematian pejabat karena massa
pagi di terminal bekasi
kota harapan dari masa ke masa
judul-judul namamu seperti garuda jauh di sana
terbang tinggi sampai di pucuk awan
berbicara dengan tuhan
kotamu adalah surga tanpa pintu
2013
PADA USIAMU
:sofyan RH zaid
Mari bersulang kanda, menyimpan
Tanggal-tanggal pucat di hulu rambutmu
Mengerami rembulan dan tahun beriringan
Mengabulkan permintaan
Sebuah jalan, kanda.cahaya
Sepetak hadiah dari sumur ladang jiwa
rampung mengemas doa-doaku kepadamu
Puisi kekal ini, adalah kembang umurmu yang
Wangi sepanjang mataku
Bisakah kita berlari melamar
Sebuah kerinduan dari lilin yang kau tiup
Dan pesta puisi menghiasi rumah ini
Sebelum alif januari di angka delapan
Menjadi sebuah jembatan membuahi matamu
Doaku padamu, kanda
semoga umroh kakimu melangkah
Menuju retina masa yang entah
Selalu kau dahulukan museum doa
Dan ihktiar harapan yang kau tulis
Di cela kehidupan kemudian, Karena pada hari esok tiba
Puisimu tetap putih mengejar pahala
2014
SYARMUT SITI ROHMAH
Padahal sudah sampai kepadamu
wahai perempuan indonesia yang aku cintai dalam puisi_dalam doa-doa_dalam airmata
berita televisi : pelacur yang membuang bayinya di gang-gang kecil tanpa harus memikirkan dosa dan tangisannya
tanah suci yang kita tahu adalah tempat ka'bah berdiri megah
dibangun dengan batu-batu surga tempat doa dipanjatkan
Tempat hulu airmata di linangkan
Dari sabda nabimu yang mujarrobah
Wangi hajar aswad yang menusuk hati, membusa dalam kuntum takbir dan perihal kembali ke sudut pengampunan
juga risalah
bagaimana langit tembaga menyuluh husnaMu
Di depan toko bandung atau Restoran Bali di distrik Syarafiyyah
malam hari jam 23:00, perempuan umur 26 dan 30 tahun
sunyi membakar harga diri,
membunuh harga malu dari jantungmu
Memandikan kepalamu dengan isyarat syahwat yang gebu
sebelum perhitungan itu dimulai
dikeringkan dan dihisab di jalan kematian
para pendosa lalu lalang
yang akan datang memburu manis tubuhmu lalu di bawa ke lubang imarah
tubuhmu dicincang seperti daging ginam membara dalam kecupan dan desahan
Dari tangisan tembunimu di tanah kelahiran
anak dari rahimmu selalu
memanggil namamu,
seperti tak lagi ada jalan
Untuk pulang, atau mengingatnya dari jauh
Di suatu negeri yang entah negeri apa
Kau syarmut siti rohmah, tempat doa ditutup
Tak ingat pulang ke tanah ibumu
Dari menit tempat puisi menyelesaikan hujan
seorang anak menggendong jalan dan airmata, secercah harapan
singgah dan pergi di ketiak kemarau
lukisan ibunya di gambar dalam bus-bus yang singgah dan pergi
sebuah peristiwa masa kecil
yang terulang dalam tong sampah
dan got yang mulai kental dengan musim
di depan rumah makan padang
calo-calo menjelma malaikat
menawarkan celana dan tubuhnya
sedangkan di sudut lampu merah
pengemis masih meratap, mencari segumpal anugerah dari doa-doa yang pincang semalam
di dalam taman
seekor kupu-kupu menyulang air mani
di dadanya seribu laki-laki mengantri
tiket hari ini terjual habis, PLN mati tiba-tiba
gerhana mengantuk
malam terasa sempit di hidung kota
stasiun mulai cemas_hari ini kiamat
bukan lagi kabar dari koran-koran minggu yang kusam
para sopir angkot mengumpat
BBM seperti jalan tanpa kepala
berita kematian pejabat karena massa
pagi di terminal bekasi
kota harapan dari masa ke masa
judul-judul namamu seperti garuda jauh di sana
terbang tinggi sampai di pucuk awan
berbicara dengan tuhan
kotamu adalah surga tanpa pintu
2013
PADA USIAMU
:sofyan RH zaid
Mari bersulang kanda, menyimpan
Tanggal-tanggal pucat di hulu rambutmu
Mengerami rembulan dan tahun beriringan
Mengabulkan permintaan
Sebuah jalan, kanda.cahaya
Sepetak hadiah dari sumur ladang jiwa
rampung mengemas doa-doaku kepadamu
Puisi kekal ini, adalah kembang umurmu yang
Wangi sepanjang mataku
Bisakah kita berlari melamar
Sebuah kerinduan dari lilin yang kau tiup
Dan pesta puisi menghiasi rumah ini
Sebelum alif januari di angka delapan
Menjadi sebuah jembatan membuahi matamu
Doaku padamu, kanda
semoga umroh kakimu melangkah
Menuju retina masa yang entah
Selalu kau dahulukan museum doa
Dan ihktiar harapan yang kau tulis
Di cela kehidupan kemudian, Karena pada hari esok tiba
Puisimu tetap putih mengejar pahala
2014
SYARMUT SITI ROHMAH
Padahal sudah sampai kepadamu
wahai perempuan indonesia yang aku cintai dalam puisi_dalam doa-doa_dalam airmata
berita televisi : pelacur yang membuang bayinya di gang-gang kecil tanpa harus memikirkan dosa dan tangisannya
tanah suci yang kita tahu adalah tempat ka'bah berdiri megah
dibangun dengan batu-batu surga tempat doa dipanjatkan
Tempat hulu airmata di linangkan
Dari sabda nabimu yang mujarrobah
Wangi hajar aswad yang menusuk hati, membusa dalam kuntum takbir dan perihal kembali ke sudut pengampunan
juga risalah
bagaimana langit tembaga menyuluh husnaMu
Di depan toko bandung atau Restoran Bali di distrik Syarafiyyah
malam hari jam 23:00, perempuan umur 26 dan 30 tahun
sunyi membakar harga diri,
membunuh harga malu dari jantungmu
Memandikan kepalamu dengan isyarat syahwat yang gebu
sebelum perhitungan itu dimulai
dikeringkan dan dihisab di jalan kematian
para pendosa lalu lalang
yang akan datang memburu manis tubuhmu lalu di bawa ke lubang imarah
tubuhmu dicincang seperti daging ginam membara dalam kecupan dan desahan
Dari tangisan tembunimu di tanah kelahiran
anak dari rahimmu selalu
memanggil namamu,
seperti tak lagi ada jalan
Untuk pulang, atau mengingatnya dari jauh
Di suatu negeri yang entah negeri apa
Kau syarmut siti rohmah, tempat doa ditutup
Tak ingat pulang ke tanah ibumu
istana puisi 2014

Tidak ada komentar:
Posting Komentar