Perancang sampul: BAC Group. |
Nyabakan
Purnama
Bersanding
luka lama
Kau
meronta dalam tangis purnama
Rambutmu
hitam wajan begitu cepat berguguran
Bibir
sumbing cokelat tembakau
Mata
merah tanah tak berpengharapan
Sekali
kau berdoa pada pohonan jagung tumbuh tanpa aroma
Batu-batu
gemetar, angin mendesak
Sepasang
sapi kandang dibiarkan berjalan ke haluan
Kerikil
tajam, tembikar telentang
Kaki-kaki
telanjang gemetar meniti tubir kenangan
Bayang-bayang
hitam beringsut pelan dari semak lambang
Kau
kepal tangan ke langit Tuhan
Sebilah
celurit merobek malam
Berdendang.
Alun lagu berdendang dari selatan
Kau
menari riang di tengah hamparan tanah lumpur
Daun-daun
gugur di tegalan, mabukmu diikuti bintang-bintang
Tak
ada hujan harapan tumbang
Bagai
lorong waktu hari tua
Bibit
ditabur mimpi dikubur
Kau
melangkah munyusur kubur leluhur
/Batang-Batang, 2014
Legung
--mahwi
air tawar
Ikan-ikan
kering terpanggang matahari
Anak-anak
pantai mengais pasir
Mengubur
getir penantian, kain layar
berkibar
di anjungan
Serpihan
karang terpendam mengabarkan
deras
arus dalam gelombang
Tapi
tanahmu terlanjur putih tulang
Rindu
pulang tak sebesar hasrat pelayaran
Menaklukkan
gunung karang
Menembus
kabut muncul dari kedalaman lautan
Burung
camar menggugurkan bulu sayapnya
Pasrah
pada ketajaman mata nelayan
Menjelma
seekor ikan, terjerat dalam jala
Maka
biarkan juga kutadah asin air matamu
Untuk
kualirkan pada setiap urat nadi
yang
tawar bagai ricik hujan
/Krapyak,
2014
Hijrah
Matahari
bangkit dari kesunyian makam leluhur
Menjangkau
barat dengan lengannya yang panjang
Seribu
tangan terentang di atas padang
Pohon-pohon
kurma menyanyikan lagu kemenangan
Kami
tanggalkan baju zirah warisan
Tinggal
pedang di tangan mengerling tajam
Kota
gemuruh, beduk ditabuh
Langit
biru memantulkan wajah kami yang lain
Kendi-kendi
penuh anggur kami tenggak dalam syukur
Di
bawah terpaan cahaya timur
Kami
bangun satu masjid dalam dada
Berhala
kami hancurkan
Dupa
kami padamkan
Kutuk
dan kultus biarlah meradang
Kami
punya pedang setajam iman
/Yogyakarta, 2014
Kamil Dayasawa, lahir di Sumenep, 05 Juni 1991.
Alumni PP. Al-Amien Prenduan, Sumenep dan Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan
Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya-UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Puisinya
termaktub dalam antologi: Estafet (2010), Akar Jejak (2010), Memburu Matahari
(2011), Sauk Seloko (2012), Ayat-Ayat Selat Sakat (2013), Bersepeda ke Bulan
(2014), Bendera Putih untuk Tuhan (2014) dan Pada Batas Tualang (2015). Buku
puisi pertamanya Garam Air Mata (BAC Pustaka, 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar