Peracik sampul: Alek Subairi. |
talken
koneng
(ritual pemanggil kematian)
aku telah menggambar
tubuhmu
dengan lebam daun
pisang
dengan pintalan kain
kafan
lalu aku ikatkan tiga
tali pemenggal kematian
diatas ubun –ubunmu
juga aku pasangkan
dua puluh tujuh pisau
penyayat urat urat
tujuh
belas jarum penusuk sukma
tujuh paku-paku
pemaku jantungmu
hum, hum, huuuuumma,
datang, datang,
datanglah kepadaku
asap purba kubakar di
atas kekuningan tembaga
tiga puluh tiga
rerempahan pekuburan
meradang radang
legam saga bara bara
berkelokan
memungut letup geram
mulutku berkutub
huuummma,
datanglah kepadaku
aku tuntaskan wujudmu
maut tubuhmu
maut nafsumu
maut segala detak,
segala gerak, segalah darah
tersungkurlah
kematianmu pada gerak
jejariku
ruhmu pada kepal
tanganku
bekulah
batulah engkau
seperti kepalan
tanganku yang batu
membungkus sekujur
tubuhmu yang juga batu.
2011
surat
rahasia
jumanten hairani,
datanglah,
datanglah kepadaku
aku begitu paham
muasalmu
muasalmu dari
penggalan tulang tulangku
penggalan tulangku di
belahan kiri
bernama sir
sir
yang aku lempar sendiri di dadamu
lalu menjelma daging
daging tumbuh buah
khuldi
juga buah batu di
dadamu
datanglah
telah aku siapkan
tongkat takdir perkawinan sukma kita
jumante
hairani,
datanglah, datanglah
dengan angin,
masuklah ke tempatku
ruang sembilan pulun
kembang
tempat penuntasan
pencarian
dan pemanggilan sukma
sukma kita yang
tertunda
2011
Alfaizin Sanasren adalah nama lain dari Alfaizin.
Lahir di Sumenep 1979, dan tinggal di Jl. Raya Lenteng, Desa Batuan, Sumenep, Madura.
Selain mantan aktor dan aktivis teater, ia menjadi penggiat di lembaga kajian
seni budaya “pangestoh”. Puisi-puisinya juga dibukukan dalam berbagai antologi
puisi bersama. Alfaizin juga aktif sebagai Dosen STKIP PGRI Sumenep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar