![]() | |
Peracik Cover: Alek Subairi |
BATU
hujan membuatku menunggu
risalah kejenuhan yang tidak disuka
para pejalan. dan dingin mengotomatiskan
kebekuan pada keinginan berpakaian
juga ketelanjangan.
adakah orang dulu mengira ini airmata
malaikat karena rasanya yang masam
memikat ibu-ibu yang rindu dilipat?
hujan selalu membuat takut
dan anak-anak berhamburan.
mendekati pesta ikan yang bergeming,
pada nasibnya yang gemigil,
ungu
dan membatu.
RABIAH
sesiapa memuja kesepian dengan berlebihan
dunia-akhirat miliknya sendirian
diam-diam
aku selalu mohon kepada Tuhan
agar hujan selalu diturunkan
sebab tetabuhan yang dimainkan
perempuan (yang cuma seorang) itu
hakikatnya untuk mendiamkan kebisingan di luar
seraya memilih-memilin nada
dag dig dug dalam lubuk kita
:perempuan dan laki-laki aku
konon, Adam dan Hawa lebih memilih bumi timbang surga
sebab di sini, jalinan asmara mereka dapat berpilin seperti
gambar
aku tahu
hanya mata yang tak pernah tenang
hanya bianglala sinar benderang
hanya rebana pelarian
dengan segala bunyian
dengan pujian panjang yang hilirnya menurunkan hujan
dan, sebagaimana Rabiah yang rajin menangis
menetapkan khusuk sedemikian liris
seperti barisan pasukan yang dibuat-buat bengis
antara lubuk rinduku dan nyayi merdu itu
tetaplah
diamku paling rindang dan bertalu.
ECHO
kami adalah embun yang memantul dari genting ke dinding
yang membuat lumut-lumut begitu betah bersanding
dan beranak pinak di sana.
dari dinding kami mental ke kuburan,
segala makam yang menyimpan arwah
para pahlawan pun para bajingan.
kami bantu mereka menjawab
pertanyaan-pertanyaan malaikat tentang surga dan neraka.
dari surga kami sampai kepada Paduka.
Dialah yang menciptakan suara-suara,
dari jenis terbening sampai yang paling bising,
kami suling hingga sampai di tempat semestinya.
kamilah wahyu yang menyejukkan tidur para nabi dan
pengikutnya
yang menuntun barisan dengan rapi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar