Peracik sampul: Moh. Thohir. |
membakar rindu
kalau
bukan lantaran rindu
kubuang
secarik kertas ini
untuk
apa masih melukis wajah
yang
mengundang hujan
andai
kau dengar serak rindu-menderu
tak
ada lagi suara-suara dan sebuah jalan
agar
kau merasai rindu
kasih,
kalau
bukan lantaran rindu
sudah
kubakar kenang senyummu
seperti
kau bakar ingatan
tentang
aku
2015
candu perih
i
tak
perlu yang lain untuk mencintaimu
juga
kau. merasakan luka dari nyala api,
laut
tanpa gelombang
karang
tak berbatu
dongeng
angin mati, tanpa perih
ii
suaranya
mengiang, menyelinap
lewat
jendela kamar
menembus
ekstase
kemana
aku pergi jika aku mabuk
susuk
luka. lalu tembus ke rongga
iii
duh
kasih,
kau
kah yang menghantam jiwaku
dengan
seribu candu keningmu?
iv
duh,
gusti yang menyaru badai
berdeburlah
ke dadaku
menghapus
nama, menghapus luka.
2015
negeri
mahapetry
negeri satu
memasuki
ruang yang tak bisa dimasuki
sampailah
aku pada negeri mahapetry
ketika
bulan berada di arah bertentangan
dengan
matahari
ia
kenakan selendang kain dari kepompong ulat
di
sana bergema irama musik petik
menyapa
tiap cinta yang mabuk
lagu-lagu
di
negeri mahapetry
setiap
orang menemukan dirinya
berlari
ke dekap suara
ke
dekap orang mabuk di rumah-rumah gila
negeri dua
aku
mendengar pemberianmu dan
mengenakannya
sebelum petang
meski
waktu pergi, kau tak ingin melihatku, tapi
kucukupkan sebelum
aku lesap ke negeri-negeri jauh
tempat
tiada pelangi setelah gerimis
negeri tiga
kekasih,
rebutlah-rebah
di
huma tempat orang-orang percaya bila
ranjang
adalah cinta
akan
kuserahkan diriku untuk bertani di
tubuhmu
menghasilkan
padi jangung dan kedelai
di
negeri mahapetry ini, kasih
kita
akan pejamkan mata
menyatu
dengan malam
negeri empat
mengapa
pada malam itu kau tak datang
kembang
kita layu, kasih
seperti
kepergianku ke negeri jauh
tempat
sungai, lembah dan bukit menyebut
namamu
negeri lima
boleh
aku bertanya, kasih?
kekasih,
izinkankan aku bertanya
siapa
pengarang jatuh cinta
yang
membuat aku merajah sajak
dengan
seribu jatuh cinta
hingga
aku tertidur lebih dalam.
2015
Hasan Tarowan, lahir di
Sumenep, 13 Pebruari 1995. Masa sekolah dia habiskan dengan menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah. Penyuka buah
salak dan anggur. Belajar menulis bersama komunitas Kampoeng Sastra Soeket Teki Semarang. Pernah menjabat sebagai
Lurah Kampoeng Sastra Soeket Teki tahun 2014/2015. Puisi-puisinya terbit di beberapa koran kampus, media
online, dan sosial media. Selain menulis puisi, juga menulis cerpen, essai,
artikel dan opini. Saat ini penulis masih tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan
Hukum Pidana dan Politik Islam UIN Walisongo Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar