Dupa
Kubur
Tujuh
hari tujuh malam
tujuh
nampan tujuh dupa
tujuh
bunga tujuh warna
tujuh
lapis bait doa.
Di malam hari
malaikat
diundang berdiskusi
menjamu
iblis dari kubur.
Di pundaknya berbaris bangkai kering.
Lalat
bersenandung siul
mengiringi cacing melata tamat
lalu rumput melepas nisan
pada waktu yang diasingkan.
Di samping
akar kamboja
burung
mati.
Nafasnya dicuri
lehernya
berdarah
terlilit
rantai dari saku iblis bermata satu
satu
ikat sesal malaikat bermunajat
pada
Tuhan di serambi hutan
ibu
mengaji kemarau
ayah
bernyanyi musim hujan
Bangkalan, 2015
Bidak Kertas
Sepuluh, jack, queen, king
straight
flush, as hati menghunjam jantung
menggugurkan
dua prajurit tanpa darah.
Di ujung bidak
raja
berlindung di balik benteng
berlari,
meliuk, kuda mendekati kerucut
satu
langkah delapan pion menemui menteri
menang
mutlak.
Semutlak air jatuh dari pancuran
mengikuti
jalan ular
berakhir
di ujung tangga.
Di
meja poker
putra
mahkota
menghantar
kekayaan
menggali kekalahan
menjemput
kemiskinan.
Skak match!!!
Raja tumbang.
Bangkalan,
2015
Degup Perahan
Manusia
di telinga hewan
selangkangan diraba
hati berbudi pekerti
jari menghitung uang
jasad di kuburan.
Binal
tanduk babi memahkotai kepala
merias busuk pikiran
menjubahi tubuh dengan daun talas
kering,
tidak
tersentuh air
dan kesakralan hilang
dari rahim manusia.
Pada
tubuh-tubuh malam
kucing mengelus puting susu anjing
disaksikan tikus berleher harimau
menghabiskan perahan.
Bangkalan, 2015
SURYADI
ARFA,
lahir 5 Agustus 1994 seorang pemuda pesisir laut utara Madura beralamat desa
Kapasan Banyuates Sampang Madura. Sekarang masih melanjutkan Pendidikan S1
Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Bangkalan. Di luar kesibukan di bangku
kuliah, aktif di Komunitas Masyarakat Lumpur sebagai Staf
Ahli Komite Pengembangan dan Pembelajaran. Karya yang ditulis terkumpul
dalam beberapa antologi bersama: Bunga
Buat Emellie (2012), Prahara Luka (2014), dan dimuat dibeberapa media online dan
koran. Selain itu beberapa kali menjuarai lomba teater di Jawa Timur bersama
Sanggar Teater Topeng-Topeng. Beberapa karya naskah dramanya Derai-Derai Cemara
juara 1 lomba drama musikal (2013). Pada tahun 2015 ini, telah menulis naskah
drama Melukis Bulan yang Menangis yang
berhasil ia sutradarai dalam pelaksanaan Pentas Tunggal 8 Sutradara Muda
Komunitas Masyarakat Lumpur. Sekarang tengah mempersiapkan pentas keliling Jawa
Timur bersama Teater Periodik bentukan Dewan Kesenian Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar