Kisah Basah tentang Hujan
Kali ini hujan tak main-main
Dipandunya sekumpulan air
untuk cepat mendarat
Pada tanah
Pada mawar yang hampir mekar
Pada segala
segala gusar, risau, dan galau yang
tak ramah
Sumenep, 31 Januari 2015
Sajak Ambunten
Menyusuri lorong Perikanan
bau amis yang kita jaring berdua
dan terminal yang kau sebut sebagai
bumi terasi,
telah kucatat sebagai perekam
kenangan
Lalu tentang Partelon yang kita
tinggalkan
Jantung Ambunten dengan sendi-sendi
yang merayap
selalu pemisah yang amat ulung
dan pada sungai di tepiannya,
kau gurat pucat wajah sembari
berkata,
tinggallah
Kini kuputar ulang Tamba Agung yang
menadah lelahmu
sedang di pertigaan menuju
Kawedanan,
lagi-lagi rindu itu membuatmu
berhenti;
antara pulang atau pamit selamat
tinggal
26 Februari 2015
Menapak Perjalanan yang Kuyakini adalah Kamu
Bicara perjalanan,
tapak kaki adalah kekuatan menempa
langkah;
dan padanya tiba-tiba aku
mengingatmu
Pemilik sepasang derai mata nanar
yang semenjak aku gulung mimpi,
kau memapahku untuk menghamparnya
lagi
Menghafal perjalanan,
tapak kaki adalah kelapangan
menjemput arah;
dan tiba-tiba aku mengenangmu
Lelaki berhati merah
yang sejak aku gugurkan cita,
kau menggiringku memungut walau
sekadar rohnya
Ujung Madura, 04 Desember 2014
*Mahasiswi Sastra Inggris UTM.
Menekuni kajian kepenulisan di FLP Bangkalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar