Perancang sampul: Joko Sucipto |
Hedonisme Topi Clementis 1
: Kitab Lupa dan Gelak Tawa (Kundera,
2015)
Old Town Squre
ramai, untuk sebuah persahabatan seribu
tahun bagi
seorang komunis Gottwald yang menyebut salju
adalah sesobek
bulan di atas langit Praha.
Ia benar, saat
sepotong Februari yang dingin nyaris gagal
menjadikannya
pemimpin, ia berhasil menggantung tubuh
sahabatnya untuk
sebuah pemberian topi terhormat,
di musim
lalu.
Dan sejarah pun
mencatat namanya sebagai pemimpin di
tempat Clementis
pernah berdiri dan memberinya sebuah
topi
persahabatan.
2015
Hedonisme Topi Clementis 2
: Kitab Lupa dan Gelak Tawa (Kundera,
2015)
Pimpinan komunis
itu mengenakan topi bukan karena salju
turun. Tetapi
agar rakyat mengira bahwa itulah kenangan indah
dari seorang
sahabat yang mencintainya di musim dingin.
Dalam pidatonya
untuk bumi Cekoslowakia, ia meminta untuk
difoto,
dijadikan poster, buku-buku sekolah, dan museum-
museum sambil
memasang topi.
Setidaknya, itu
dapat menjadi langkah agar rakyat juga
mengira bahwa ia
menaruh rasa hormat kepada si pemberi
topi, yang tak lagi
ada di sisinya. Saat berpidato.
2015
Hedonisme Topi Clementis 3
: Kitab Lupa dan Gelak Tawa (Kundera,
2015)
Sandiwara
gugurnya Clementis adalah bahasa-bahasa cemas
saat tahun
melihat dunia sebagai segala sesuatu yang berputar
dengan cepat.
Salju 1953
turun. Tabur bunga untuk Clementis dari sahabat
sahabatnya yang
tak percaya lagi kepada topi akhirnya
dilarang.
Dan itu
tak sempat tertulis.
2015
M.
Helmy Prasetya,
lahir di Bangkalan, 28 November 1977. Pendiri Pusat Sastra dan Rumah 1000 Puisi
“Arus Barat Madura”. Tahun 2004 mendirikan
Komunitas Masyarakat Lumpur, sebuah sanggar teater, sastra, dan bu-daya
yang berdiri sejak tahun
2004 dan telah mendapat penghargaan Komunitas Seni Terbaik Jawa Timur
2014. Karya puisinya terkumpul dalam beberapa antologi tunggal dan bersama,
antara lain berjudul Nyanyian Tanah
Kering (1999), Laki-laki Senja (2001),
Antologi Cinta (2003), Penyair Mutakhir Jawa Timur (Festival
Seni Surabaya 2004), Sajak Tuhan
(2005), Kepada Mereka yang Katanya Dekat
dengan Tuhan (2006), Nemor Kara
(Puisi Berbahasa Madura, 2007), Ollesia
(2007), Sepasang Mata Ayu (2008), Dzikir Pengantin Taman Sare (2010), Komunitas 2 Kota (2011), Palsu Maduara (2013), Aku Menulis, dengan Tangan Kanan dan Tangan
Kiri (2014) Tamasya Celurit Minor
(2015). Mendapat Pelajaran dari Buku
(2016). Permohonan Minoritas (2016).
Selain dalam kepenulisan, beberapa kali juga sukses menggarap aransemen
musikalisasi puisi dengan meraih Juara 1 Festival Musikalisasi Puisi Balai
Bahasa Provinsi Jawa Timur (2009, 2010, 2011, dan 2012), dan 5 Penyaji Terbaik
Festival Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional (Solo, 2013). Menjadi Penyaji Tamu
Pertunjukan Sastra (Festi-val Seni Surabaya, 2010), Penyaji Tamu Orkestra
Madura (Taman Budaya Yogyakarta, 2010). Meraih Sutradara Terbaik Teater Jawa
Timur (2007, 2010, 2012), Juara 1 Dramatisasi Cerpen Balai Bahasa Provinsi Jawa
Timur (2013 dan 2015). Masuk sebagai 6
Terbaik Puisi Nusantara yang diselenggarakan Universitas Udayana Bali
(2013). Naskah dramanya berjudul Jiwa Asmara masuk 10 Naskah Terbaik Federasi Teater Indonesia di Taman Ismail
Marzuki (2013). Sekarang menjabat Sekretaris Dewan Kesenian Bangkalan dan
tengah mengelola “Semiotika Mawar”, sebuah Perpustakaan Budaya yang dibangunnya
beberapa tahun yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar