Perancang sampul: Joko Sucipto. |
Terik Bincang
Pak Teban
Uap
panas aspal menembus mata
yang
semakin mengerucut di bawah matahari.
Kutemui
tubuh Pak Teban termenung dengan
wajah
menghadap lutut. Menunggu
lubang-lubang
ban bersuara.
Aku
meneduh di bawah tenda, menyapanya.
Senyumnya
mulai berbicara hangat.
Kudengarkan
pesan bibirnya. Tiba-tiba
matanya
menamparku.
Tercengang
tubuhku menatapnya.
“Sampai kapan kau akan menelan batu di
kerongkonganmu?
Muntahkanlah, tinggalkan ia
yang begitu keras untuk kau
makan.
Tak pantas hatimu mencerna benda
itu.”
Kujatuhkan
pandangan.
Aku
hanya tersenyum, bergumam dalam hati,
“Andai
saja bisa.”
Judul Tidak
Nova,
dia telah kusebut tiada.
Hanya
tertinggal jiwanya yang semakin menggila.
Kenapa
tidak kau biarkan saja aku menghilang
seperti
angin di ambang mata? Kusut
darahku
yang
menjinak telah cukup terperas.
Lihat
saja bungkusan cindera mata
yang
kuisikan dua puluh
genggam rontok
rambutku
yang menguning.
Gugur
dari kepalan kepalaku.
Tapi,
simak saja sejenak.
Akan
kutunjukkan padamu diriku
yang menyangkar
tubuhku lebih liar dibanding
gemulai
celurit di tanganmu.
Untukmu,
aku pinta.
“Buanglah
namaku baik-baik.”
Itu
saja.
Bau Daun Kering
Tercium
sudah semerbak itu
dedaunan
kian hendak melepaskan diri
Tak ada
ranting kayu yang menatap haru
hanya
daun kering menyapanya tanpa arti.
Rapuh
sudah genggamannya
layu
sudah harapannya
bahkan
kasihnya pun
mulai tiada
merasakan
diri semakin tidak berharga.
Lepaslah
semua keindahan itu
tak
tampak rasa sesal dari sang benalu
membiarkan
daun itu jatuh terpuruk
menyaksikan kisahnya yang
terburuk.
Irza Nova Husna, lahir
di Bangkalan tepatnya pada 27 Agustus 1996. Beralamat di Desa Galis Kabupaten Bangkalan. Bergabung
dan aktif di Komunitas Masyarakat Lumpur dalam diskusi seni, penulisan kreatif,
dan keaktoran. Spesialis monolog dan
musikalisasi puisi ini selain aktif berkesenian, kegiatan
sehari-hari adalah sibuk berkuliah di STKIP PGRI Bangkalan sebagai mahasiswa
jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kreativitasnya yang lain adalah melukis dan
membaca apa saja yang terkait dengan sastra. Puisinya pernah termuat dalam
antologi bersama Permohonan Minoritas
(2016). Antologi puisi tunggalnya yakni Si
Mata Kucing (2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar