Perancang sampul: Joko Sucipto. |
Silat
Pencari Rumput
sebelum matahari mencium pagi
anak-anak membuka mata tidurnya
memulai
pemanasan
menggerakkan
pinggulnya
menyeret
saraf-saraf
berkaca
pada pagi membara.
orang tua menyusul membuka sarung
memberi pemanasan
melincahkan tangan
melincahkan kakinya
lalu mereka bermesra.
“celurit-celurit
mungil kian tajam
celurit-celurit
ikut pemanasan
celurit-celurit
dilincahkan
sekali
menebas, gunung-gunung berserakan”
mereka siap mengembara dari semak luka
hingga semak hutan raksasa. menebas
pohon-
pohon, menebas tangkai-tangkai
menebas akar-akar, mengupas daun-daun
lahir musim gugur.
mereka
berlomba-lomba mencabik rumput
satu
per-satu memenggal maut
memasukkannya
dalam karung
dipanggul
ke bukit bungkul.
mereka berlomba bersilat
melayat ke lorong-lorong ganas
menutup celurit dengan kulit unggas.
_mereka
pulang tanpa beban
membawa
makanan hewan ternakan
dengan
hidup penuh kesederhanaan.
Silat Menanam Padi
ibu-ibu bangkit dari sarangnya
mempercantik wajahnya
berdandan, memasang bedak
bercermin di ladang kaca.
bapak-bapak
memakai celana
memanggul
cangkul
menuju
sawah-sawah leluhur.
pesta kian datang
memanggil hujan ilalang
mengubur huruf telanjang
memasung huruf berkafan.
bapak-bapak
mencangkul sawah
menghitung
percikan tubuh bernanah
tanah
mulai melumpur
petak
demi petak menyubur.
ibu-ibu menancapkan padi
menyalakan musim-musim mati
satu per-satu ia hitung
napas-napasnya ia gantung.
_tali
diluruskan, benih padi berserakan
pupuk
kian ditabur, kaki-kaki tak lagi meluncur.
_air hendak mengalir, mengalirkan
airmata leluhur
menuju lorong-lorong doa, terbang
mengitari
jagat raya. air hendak tercermin, wajah
kusam
hendak mencair, tubuhnya tergores pisau
menunggu anak-anaknya merantau.
“padi
o, padi
hidup
kami bersama engkau
kami
pasung nyawa kami di atas tangkaimu
yang menguning tanpa debu”
hari
menggelap
silat
menanam padi kian terungkap
menunggu kemarau kian melenyap.
Silat Menanam Kacang
suami di depan
istri di belakang
melempar
kacang
mencium
kesucian, awan kian datang
menyemburkan
percikan hujan
angin kian berguling
memberikan kabar semilir.
_mereka
mengelilingi petakan
seperti
imam yang disalatkan
memeluk
ilham dari tuhan
mengubur
darah-darah malam.
bongkahan tanah terlempar
genggaman debu jungkir balik
biji-biji kacang
meluncur
lubang-lubang gelap melebur.
_kacang-kacang
bersemedi
bersila
di lubang misteri
kacang-kacang
terbaring
alas
tidurnya mengering.
mereka menimpun lubang-lubang
debu-debu bergentayangan, menyiram
air kesucian, sebagai doa kesuburan.
_kacang-kacang
siap bertapa
empat
puluh hari, empat puluh malam
menanam
diri bersama tuhan
menanti
alam larut terbenam.
mereka melakukan pemanasan
melenturkan saraf-saraf tuhan
mereka pulang dengan senang.
Bangkalan, 2014
Hayyul MB (Hayyul Mubarok), lahir di
Bangkalan, 20 Juli 1995. Sejak tahun 2013 aktif di sanggar seni, sastra, dan
budaya Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan sebagai penulis puisi, cerpen, dan
naskah drama, sekaligus menjadi aktor dan sutradara dalam beberapa pertunjukan.
Beberapa pertunjukan yang pernah disutradarainya yaitu, Melanggar Kodrat (2013),
Ilalang Tua (2014), Hijab Mageni (2014), Keroncong Alas (2014), Mabuk Cinta
(2014), Persatuan Bangsa Bebek (2014), Kacong Ko’ong (2014), Hikayat Petani
(2014), Jasa Guru (2015), Sidang Diskriminasi (2015). Pernah Melatih SMAN 2 Bangkalan
dalam lomba teater tingkat kabupaten berhasil meraih juara satu (2015), Melatih
SMKN 1 dalam lomba teater FLS2N berhasil meraih juara 2, melatih SMAN 3 dalam
lomba teater FLS2N tingkat kabupaten berhasil meraih juara satu (2016), melatih
musikalisasi puisi SMAN 3 Bangkalan meraih juara tiga tingkat Jawa Timur
(2016). Puisi-puisinya juga dibukukan dalam antologi puisi bersama Hujan Sayang (2013), Suara Waktu (2014), Permohonan Minoritas (2016), Ije Jela (Tifa Nusantara III, 2016), Klungkung; Tanah Tua,
Tanah Cinta
(2016), Di Bawah Pohon Willow (2016),
Sajak-Sajak Anak Negeri (2016), Matahari Cinta Samudera Kata (2016), dan
puisi tunggal yakni Aku Ingin Membunuh
Jiwaku Sendiri (2016), Bacok Kemarau
Angin (2016), Diary Cintaku
(2016), Tanah Kepulangan (2016).
Kini, masih menempuh kuliah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) setelah menyelesaikan S1 di STKIP
PGRI Bangkalan. Sekarang sedang mengelola Penerbitan Buku Komunitas Masyarakat
Lumpur Bangkalan. hayyul_mubarok@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar