Perancang sampul: Alek Subairi |
Nadzar
aku pernah berjanji padamu
setelah kau lulus sekolah aku
belikan
biola dan selimut yang berbulu
agar kau mudah mengenal rindu
yang kini mengeras di pori-poriku
di atas ranjang mungkin telah ada
sebuah nada
yang selalu menjaga mimpi juga
benih yang kau tanam
di kasurmu, seperti kenangan
esok pagi, apakah kau mengenal
tidurmu
entahlah, tidurmu tidur orang
gunung,
aku tahu cara membangunkanmu
karna di dadamu ada sebagian nada
kampungku:
saat peristiwa itu, (tawuran,
dangdut dan nada-nada semu),
masih mampat darah di benakmu
supaya setiap kali kubunyikan kau
lekas bangun
meraih sebagian tragedi kekerasan
2015
Siul
ia memberi salam pada yang lewat
salam yang mengembangkan kuncup
daun telinga
petromak, bajaj, dan bis mini
siulnya suara lirih malam lampu
remang
ia duduk dan menawarkan pada yang
ingin mencecapnya
atau bahkan melubanginya
dengan patuk burung hantu yang
mereka bawa dini hari
jika salamnya tak sampai
mungkin matamu tercengang
melihatnya
sampai ke ceruk kali pesing
terdalam
aku berjalan, menerka yang jauh
sebagai kabar baru yang sampai
kepadanya
sambil kulihat, dan bertanya
tuhan, berapa harga masa depan
setiap janin?
2015
Keluarga Udang
Keluarga Udang
: abe dan firman
di balik batu, ibuku menyimpan
masa lalu: juga getir yang diburu
penjamu
malam yang kusumsum dari telinga
kelelawar
jadi sunyi, air tenang kupu-kupu
dan mata kami jadi nyala lantaran
telah bersekutu
dengan gelap semenjak dijinakkan
dan menetap
di balik gundukan yang kau sebut
tempat jungkringmu
nyalaku sewarna merah muda
memekarkan mata penjala,
lalu disiruk sikutku dan kau
angkis
mata kami mulai padam meredam
dicekik sekutu
jadi dudukmu di pasar minggu
ayahku degup batu, pekerja yang
diam diam
menyembunyikan masa lalu ibu,
agar tenang tidurku, agar tenang
mimpiku
aku belajar memperbaiki gizi dari ceruk
dan sisa kotoranmu
aku membesar dari tai, dan air
yang tenang,
sampah-sampah kurawat,
lumpur-lumpur kucecap,
dan bahasamu mulai kuterka dari
got yang berbau pantat
kakekku yang semula di atas
bulan,
kini terjun jadi bulu bulu batu
mengajari kelembutan dan
kelenturan
juga melatih ingatan tentang si
penjala yang suka
menyidukku dari terang lampu
karena ia tahu kami terkutuk jadi
pendiam
bila dianggap terang.
2016
Sapi Betina
Sapi Betina
telah kuikhlaskan dagingku untuk
kau potong,
kau tuap dan kau panggang di
dapurmu
dapurmu membumbung asap
yang mekarkan kuping bagi si
penjagal
juga mereka yang menyebut namaku
di jalan-jalan
di pasar-pasar juga di
kitab-kitab
aku tak hendak berlari, mereka
semua terharu
petanda bulan mekar pada
batinnya, batinku
telah bersaksi di kitab-kitab
atas nama tuhanmu
seperti daun salam qabil dan
habil
juga kambing ismail
beritakan padanya, aku tidak
sedang dalam kematian
kecuali penebusan dan sebarkan
sekerat hatiku sepanjang jalan
2015
Ebi Langkung, lahir pada 13
juli 1991, Pasongsongan, Sumenep, Madura. Bergiat di komunitas Tikar Merah
Surabaya dan Komunitas Lubuk Laut Madura. Sebagian puisi-puisinya dimuat
Indopos, Majalah Suluk edisi enam 2014, dan termaktub dalam Antologi Bersama
yang berjudul “Ngaji Laut Ngaji Kembang Seteguk Air Sungai Pagi”, juga termuat
dalam Antologi Puisi Halte Sastra 2015
(DKS) Dewan Kesenian Surabaya dan Antologi Penyair Muda Madura “Ketam Ladam
Rumah Ingatan” 2016 LSS komunitas Reboung. Mendapat undangan Temu Penyair Nusantara
2016 dalam Pekan Kebudayaan Aceh Barat. Email;
ebilangkung@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar