Lukisan, Affandi (1907-1990) |
Aku melihat
Indonesia
orang miskinnya
jalan-jalan ke Eropa
kaki kanan
menghujam daratan Barcelona
kaki kiri mengayun
di dataran Skandinavia
Aku melihat
Indonesia
kumpulan fakir
berkain ihram
dalam tugas suci
sekali dalam hidup
dengan antrean
sepanjang tangan
Aku melihat
Indonesia
bayi lahir tertawa
anak-anak meloncat
dengan gigi
Aku melihat
Indonesia
ribuan sel membusuk
tak jadi soal esok
semua telah
tersucikan
dari najisnya
rupiah
Aku melihat
Indonesia
berkerut kening
tafakur alam tulisan
berderet hari tanpa
hitungan
sudah tak memikir
esok makan apa
Aku melihat
Indonesia
lapar hanya
nyanyian puasa
apalagi busung
lapar hanya dongeng
yang tak pantas
didongengkan
Aku melihat
Indonesia
Merah Putih
berkibar lantang
di antara bendera
biru
Aku melihat
Indonesia
wanita bermata biru
mimpi dengan bahasa
Indonesia
wanita berambut
emas
makan pagi, pecel
di tengah salju
berdemonstrasi
Aku melihat
Indonesia
hijau menghijau
biru membiru
merah memerah
putih memutih
Aku melihat
Indonesia
tersenyum manis
Surabaya,
Mei 2014
Kehidupan
Durian
Sekumpulan durian
terjajakan
ada yang terbelah
kulitnya
tapi banyak yang
utuh
Ribuan pembeli
menerkam dengan
mata
menjamah dengan
jari-jari
mencicipi dengan
lidah
durian terbelah
Ribuan pembeli
segan menatap duri
yang menusuk mata
jari-jari ketakutan
hancur
lidah tak mengharap
kumpulan duri
durian berkah
Durian terbelah
begitu hati ingin
memegangnya
debaran jiwa yang
hangat, dan menggelora
membangunkan hasrat
mencicipinya
apakah sudi
membelinya?
betapa rugi
Durian berkah
terbeli dengan sah
isi aman dari
serbuan tanah
lezat mengusai
lidah
2014
Muslih
Marju, penulis muda, lahir di Bangkalan, 15 Januari 1988. Saat
ini, ia masih belajar di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Karya-karyanya sesekali muncul di media massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar