Lukisan berjudul "Times" karya Salvador Dali. Diambil dari Google. |
Kaisar Waktu
Yang
timbul-tenggelam bukan cintaku
yang
tak masa kini bukan waktuku
Tawa
dan tangis, sedih dan bahagia
adalah
mutiara-mutiara hayal yang terperam
di
kedalaman masa silam dan masa depan
Dan
dari kedalaman dua lubang gelap itu
badai
dunia menyemburkan keragaman
dan
menyembunyikan Yang Tunggal
dari
tatapanku
Matahari
hanya mencipta bayang-bayang
orang
yang kemarin menanam bunga
hanya
untuk kelak mengubur bangkainya
Wahai
dindaku, selendang agung kebanggaanku
hiduplah
saat ini dan di sini, dalam pelukanku ini
kenangan
dan impian mari kita bakar
dalam
kuluman bibir kita yang kekal
Gamping,
Maret 2013
Kota Keyakinan
Sebuah
kota terbentang dalam diriku
lebar
dan tak terbatas
Kubangun
warna, gerak dan bahasa dunia
kubangin
ia dengan jerit dan tawaku, getir dan riangku
Aku
yang memijakkan kaki di jalan-jalan kalian
merapikan
kenangan dan merencanakan masa depan
semata
karena lampu kotaku belum padam
Sebab
bila padam, hai dinda, aku gila
sebab
bila padam, hai dinda, aku tak akan mampu
untuk
sekedar menganggap diriku manusia
Kotaku
bagai cermin
di
mana darah yang mengalirkan kekuatan pada tangan
suara
pada mulut dan sinar pada mata
terpantul
darinya
Kotaku
bagai arus sungai; tetap dalam perubahan
di
mana taman, gedung dan jalan-jalannya kini
bukan
lagi taman, gedung dan jalan-jalannya esok hari;
di
mana aku yang berdiri di pusatnya
tiap detik bagai
orang asing; haru dan terpana
Krapyak, April
2013
Muhammad Ali Fakih, lahir di Kerta Timur, Dasuk, Sumenep Madura, 08 Maret 1988. Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah. Menyelesaikan studinya di S-1nya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta. Puisi-puisinya terbit di pelbagai media massa dan terkumpul dalam beberapa antologi bersama. Buku puisinya “Di Laut Musik” terbit pada tahun 2016 oleh Cantrik Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar