BiografÃa: José LuÃs Bustamante |
Doa
tanah-tanah
terjungkal
darah
mengalir ke langit
tangan-tangan
menjelma sunyi
merajut
lirih jeritan itu;
ibu
Sumenep,
2013
Sarung
gulungan
pertama
membikin
kotak-kotak
lalu
menurun
angka-angka
manusia
Sumenep,
2013
Kunang-Kunang
kemudian
ia hinggap
bulir-bulir
hujan
menancap-nancap:
pada
dedaun
semak-semak
berkemerlap.
Suemenp,
2013
Nisan
semerbak
dupa
menyeruak
sebutir
batu.
seribu
warna kembang
kutiriskan
tanah-tanah.
pada
yang kembar.
bertatapan.
Sumenep,
2013
Lorong
hidup
ibarat sebuah tikungan
meliuk-liuk,
kemudian
terjungkal
berkeping-keping:
kita
Sumenep,
2013
Slopeng
lalu
kuatrik selendang
di
lautmu, di arakan ombak
tetes
satu gemulai
derap-derap
langkah
irama
cemara
wajah-wajah
menjelma dupa
tertarik
ulur petunjuk alur
silam
Sumenep,
2013
Yang Katanya Santet
pada
purnama ketujuh, kuhanyutkan
mantra
menebas detak-detakmu. helai
bara
membakar udara
desirnya
meluluri rambut hingga
telapk-telapakmu
bulan
datang tampak matahari, menjemput
hingga
perih.
sebab
gerakmu
ibarat telur, terendam di kedalaman
tak
ada riak. retak dihantam ombak
saat
pecah, segalanya berkahir
amin
Sumenep,
2013
Homaedi
Edi, lahir di Beluk Raja, Ambunten, Sumenep, 1991. Pecinta sastra sekaligus
penikmat music tradisional Madura. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai
dan resensi dimuat di koran local dan nsional. Seperti Kompas, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Radar Surabaya, Sumut Pos,
Haluan Padang, Bangka Pos, Radar Madura, Kabar Madura, dan Koran Madura juga
media onlie. Tulisan-tulisannya juga termuat dalam antologi bersama. Cerpennya
terkumpul dalam antologi Melabuh Kesumat
(Cerpen Pilihan Riau Pos, 2013). Kini mukim di Ambunten, Sumenep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar