Lukisan karya Alek Subairi. |
Talam
Seperti
sepi pada kendi menjelang pagi
sepikan
namaku dari cemburu apabila
hidangan
telah sampai kepada doa
Sehingga
setelah kembali diam, ada siul-siul
menyapa
ibarat senyum yang menyenangkan.
Kalau
aku senang, senanglah Yanti menuang teh.
Menuang
yang semula sembunyi dari dingin
dari
kanan ke kiri, dari depan ke belakang
jangan
mencariku pada bimbang
sebab
yang kautunggu segera datang
Bila
datang, kukenang yang mula-mula malam
sehingga
kalau kelak berpapasan di kembang lain
Senangku
tak berkurang, pandangku tak terhalang.
Kendi
Bakti
yang mengantarku padamu
dan
aku tak tahu mengapa tubuhku
tak
menyesal hidup berpindah-pindah.
Dari
atas ke bawah diam-diam kupelajari
bagaimana
air menyampai rindu dari hulu
sehingga
tubuhku turut bersuka-suka, bila
mendengar
bunyi mengalir mengikuti puji syukur.
Duh,
sang hyang pengasih lagi penyayang
berkahi
tiap-tiap air yang masuk dan keluar ini.
Menjelang
pagi yang rukun, ketika duduk dan diam
saling
memeluk, kupeluk yang mula-mula runduk
sampai
dingin tubuhku kian basah seperti perasaan
yang
ingin sekali sampai pada kata.
Meja,
kursi, dan sebuah pintu yang bahagia terbuka
memberi
salam. Salamku pada yang kelak tak kembali.
2010
Kumpulan
Kami
saling datang, saling memasuki,
saling
mengapi dalam dendang.
berpohon-pohon
kami kenali buahnya.
Seberang
adalah seorang paman berbaju warna-warni
yang
mengirim kabar. Kabar dari asap api panggang.
Berbagai
kami, berbagai suluk dan pantangan.
Kalaulah
tabah semusang kami datang, maka bukan
sepi
juga bukan kulit padi yang bakal memberi
salam
setangkai. Sebab daun selembar pun kami kenang.
Dengar
kami mendengar suara letusan
di
belokan, di bisikan, di kenangan, di antara
bimbang
dan merayu, di antara diam dan diam-diam.
Jika
setelah itu jumlah kami berkurang, menunduklah
kami
sebentar, seakan mengingat sepotong falsafah
yang
berkali-kali diturunkan. Lalu kami berwarna,
kami
bertenaga. Kami, yakni jumlah yang tersisa.
2010
Alek
Subairi, lahir
di Sampang 5 maret 1979. Lulusan Seni Rupa UNESA Surabaya. Bergiat di Komunitas
Rabu Sore (KRS). Puisi-puisinya terkumpul dalam beberapa antolgi bersama.
Mengelola Jurnal Puisi Amper. Sekarang tinggal di Surabaya dan membina
Komunitas Tikar Merah (KTM) Surabaya. Email: aleksubairi@yahoo.co.id
japanis
BalasHapus