Nameless and Faceless – An Impressionist Painting in Acrylic Media on Paper. Diambil dari Google. |
TELAGA RUH
tidakkah
kau dengar, bumi yang tidur
wajah
murniku bangkit
dari
gerisik pohonan
ketika
burung-burung terlelap
dan
memimpikan sayapnya
menjangkau
langit yang lain
waktu
yang purba dan jelita
adalah
lautan tanpa batas, aku berlayar
di
atas tubuh-tubuh kayu
mencari
rahasia gerak
kala
bintang retas dan menjuntaikan akarnya
ke
mataku yang buta
aku
menelusup di sela angin
yang
menggengam desir
memecah
sukma
menanggalkan
nama-nama
meruntuhkan
yang tersisa di wajahku
dan
menyangsi yang kelak lahir
dari
mabuk kehilanganmu
Yogyakarta,
2013
SAJAK
(risau gugup yang menyanyikan musim
dan mendekapi kemabukanku)
adalah
padang dahagaku
tempat
kutanam pohon kesedihan
sulut
langit yang meminta airmata lain
dari
doa-doa lautan pada bumi
yang
memeluknya
adalah
sayap rinduku
kelepak
elang di kening hutan
dada
ngarai yang mencari gema
bagi
segala kidung dan tangisan
adalah
tangan cintaku
sayap
senja pada tanjung-tanjung
berpelukan
kapal-kapal baja
dari
pulau asing dan jauh
adalah
jiwaku
gunung
api menyimpan panas bumi
tungku
zaman yang mendekap hangat
silam
abad yang renta
mengalirkan
padamu
sungai-sungai
masa lalu
ke
hutan-hutan perawan
ke
kota-kota yang ditinggalkan.
Yogyakarta,
2012
SENJAKALA
gerbang
waktu yang membuka palungnya
menerima
matahari. melepas arwah bangkit
dari
tidur bunga-bunga
satu
dua camar memucuk kenangan
lautan
yang resah menikam detik-detik istirah
lalu
engkau turun telanjang
mencelupkan
kaku ke dadaku yang hampa
matahari
rebah ke lahat bumi
mencair
ke mataku yang sunyi
2012
Ahmad Kekal
Hamdani, penyair berdarah Madura ini lahir di sebuah panti
Katolik di kota Jember 5 Agustus 1987. Tahun 2000 hingga 2008 menghabiskan
waktunya belajar di beberapa pesantren di Madura, sebelum akhirnya hijrah ke
Yogyakarta. Menulis puisi dan esai sastra-budaya. Tulisannya
tersiar si media massa lokal dan nasional seperti Horison, Basis, Suara Medeka,
Jawa Pos, Minggu Pagi, Bali Post, Majalah GONG, Pikiran Rakyat, Padang Ekspres,
dll. Puisinya termasuk dalam antologi Pedas Lada Pasir Kuarsa (TSI
Bangka-Belitung, 2009), Antologi Puisi Musibah Gempa Padang (Kuala Lumpur, 2009),
Pesta Penyair Jawa Timur (Dewan Kesenian Jatm,2010), Narasi Tembuni (KSI,2012),
dll. Sejak akhir 2008 bersama kawan-kawan membangun
komunitas-Masyarakat Bawah Pohon Yogyakarta. Selain menulis, aktivitas senggangnya adalah melukis, kini mukim di Pamekasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar