Sumber gambar: Abstract Painting. Diambil dari Google. |
Di Ruang Puisi
Di kota ini aku merapatkan segala genggaman
dari getar gemuruh para pahlawan
dari banyak kata yang tak usai kujelajahi
Di kota belantara aku terus berjalan
menata kata dan menata hidup dalam
kehidupan
Aku kembali membaca bentuk-bentuk luka
menebar segala cahaya dan rasa
di atas dingding setiap asa
dari jejak buku yang terus aku baca
menuju perkampungan cahaya
Kos Bali, 2014
Pengaduan
Matamu mulai nanar dengan sepi
mengajakku mengembara
rindu yang mengendap di ruang dada
dari kata yang mulai menyisahkan luka
Sementara tak kutemukan apa-apa
kecuali tubuh sepi yang mati
Pada malam aku mengadu
pada sepi aku bertemu
pada jejak aku meminta waktu untuk setia
pada perjumpaan di satu titik yang bernama
rahasia
Jogja “UIN SuKa”, 2014
Salama Elmie, lahir di Kolpo,
Sumenep. Alumni Al-Huda Gapura Timur. Kini tinggal di Yogyakarta dan menjadi
Mahasiswi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Belajar menulis sastra dan aktif di Komunitas Rudal
Yogyakarta, juga bergiat di LPM Humaniush UIN UIN SUKA. Antologi puisi bersamanya: Sinopsis Pertemuan
(2012), Menatap Sebuah Asa, Hanya Sebuah Nyanyian Parau Bocah Jalanan (2013),
Gemuruh Ingatan, 8 tahun Lumpur Lapindo (2014),
Jaket Kuning Sukirnanto (2014), “NUN” (2015), 175 Penyair dari Negeri
Poci 6, Negeri Laut (2015), Sajak Sang Penyair (2016), Semesta Dua Musim
(2016). Sebagian puisinya juga tersiar di beberapa media cetak antara lain
Indopos, Radar Surabaya, Sinar Harapan dan Medan bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar