PERKENALKAN, NAMAKU MATAHARI
perkenalkan, namaku matahari
yang lahir dari rahim waktu
termangu menunggu kabut gugur
dari jemari
embun menggantung cahaya mengering,
menjuntai pelangi di belantara rambutmu
sementara aku ingin diami matamu
telanjangi pekat rindu menggumpal
sebagaimana kita sepakat untuk mengukir catatan akhir
tanpa permulaan
perkenalkan, namaku matahari
di dadaku ada yang meledak
ketika lengkung bibirmu mengulum dingin beranda jantungku
angin
melantun lagu
luka-luka kecil terhanyut dari muara yang kau gali
bisakah aku menjemputmu dibawah bulan?
2007
PERKAWINAN SAMPAN
lima puluh ribu mahar untuk
perkawinan sampan
berlayar seperti pandangan dan dugaan jadi pengantar
sampai dimana kibar berhenti
dan menambatkan hati ke ceruk karang.
kita
tak pernah tahu bahwa perkawinan ini melahirkan tanda
dari semesta, firasat bergelantung
di tubuh mungil tersimpan beribu
napas pengap tentang lihai laut
bermain tubuh berombang
menari untuk pertama kali
oi, sampan kayu, berlayar
dengan tenang
di punggung terantuk keras
bebatu
masa lepas dari temali pengikat
layar
kidung-kidung itu berlepasan
berhambur dari mulut para
pendoa memasuki ruang-ruang tubuh
dan gumpalan saksi dari serabi
perkawinan dengan ombak,
gelombang dan cadas karang
adalah takdir yang ditulis oleh
lelaki pemahat
merestui, berbayar peluh hidup berlaju
kemilau laut di hampar lengang,
bisu membiru
jelaga jelma arah, nahkoda adalah hasrat
di mana
lambai dedaun asalmu rontok jadi debu,
sampan kayu remang berlayar jauh
menembus kabut dan tenggelam dalam larut
sampan kayu, memukau ukir ekor gelombang
dan pasang surut napas merindu, laut haru
meloncat ikan terbang menari, tapi
bukan sepi
2010
WILAYAH RASUK
bulan
menanamkan sepi dengan tangan gemetar dan gigil. sepanjang waktu membenturkan
tubuhnya ke dasar laut. dinding kamar seperti aroma kembang, memanggil-manggil
nafsu yang biru. lalu, kenang datang dengan caranya, merayap ke atap jendela.
dengan tubuh
terbata, hati menggumam angin yang pasrah. kepada lalu tanpa rasa bersalah.
dilekatkan tubuhnya dengan cermat. matanya menatap tajam hingga gerakan jarinya
mulai tak teratur memberi tanda.
tanpa api,
tubuh panas dalam waktu yang singkat. juntai rambutnya mencium tanah. ringkih
laju menyentak-nyentak hingga dada. aku mulai sibuk
menekuri setiap perjalanan antara jarak yang sangat dekat.
2013
Amin,
lahir di Sumenep, 29 Januari 1988. Malumnus Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia STKIP PGRI Sumenep. Kini aktif membina Komunitas Sastra Arus Sungai
(eKSAS), dan tercatat sebagai Koordinator Bidang Seni Dan Budaya KomPaS
(Kompolan Pangarang Songennep) sekaligus mengabdikan diri di Lembaga Kajian
Seni Dan Budaya PANGESTOH Net-Think Community. Dengan kawn-kawannya ia
mendirikan komunitas Masyarakat Santri Pesisiran (MSP). Anomali adalah buku
kumpulan puisinya yang kedua. Puisi-puisinya juga masuk dalam beberapa kumpulan
antologi bersama. Email: amin1bashiri@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar