dari arah yang berbeda # kita bertemu
di taman kota
aku dari kampung filsafat # kau dari
pedalaman tarekat
sungguh pertemuan kita # pertemuan
peradaban yang tua
pohon akasia jadi saksi # doa langit,
restu matahari
angin menjatuhkan serbuk sari # sampah
plastik tumbuh melati
kita berdekat-dekatan # tapi tidak
bersentuhan
jarak jadi batas diri # bulu kuduk
tegak berdiri
mata saling menangkap # bibir
berderap-derap
napasku buah alpukat # napasmu susu
cokelat
napas kita bersatu # semerbak aroma
rindu
kita bercakap tentang peri # juga
riwayat sebuah negeri
di tepi jalan anak-anak itu # memukul
gendang bertalu-talu
sebuah tangan menjulur # kita berikan
roti dan anggur
dari bibirnya bahasa gurun # juga kabar
dari halimun
tiba-tiba dari pundak kita # tumbuh sayap
warna senja
pada tiap kepakan # meninggi tujuh
jengkalan
semakin ke atas # dada semakin luas
di kanan kita lihat kesetiaan # di kiri
ketenangan
keduanya malaikat penjaga # jiwa kita
yang menyala
tak perlu takut pada ketinggian #
selama masih ada lautan
kita menjadi kupu-kupu # terbang bebas
ke seluruh penjuru
kepak sayap kita di Jakarta # mencipta
topan di Canberra
melayang rendah dan tinggi # menjaga
keseimbangan akal dan hati
seketika sayap lenyap # kita jatuh
tengkurap
tidak ada darah dan luka # serupa jatuh
dari surga
kita kembali berpisah # berjalan
menukar arah
2014
LUAR
BATANG
kelak bersama sepi # aku mengajakmu
kemari
ke tempat dimana aku dapat #
mengingatmu dengan nikmat
berdiri depan gerbang # mata menebar
pandang
tangan-tangan hidup membelai #
mata-mata maut berderai
di sini apa makna kertas # apa juga
makna batas
jiwaku meredam suara benda # melupa
segala warna
hati bergantung # akal terpasung
aku mendaki puncak menara # melihatmu
samar di sana
kelak bersama sepi # aku mengajakmu
kemari
ke tempat dimana aku dapat # mendengar
dialog ruh dan jagat
2013
MAWAR
SIDRAH
kau bilang kelam di kamar # kepalamu
tumbuh mawar
dari kamar lain # aku kirim nyala lilin
juga dari kepalaku # pohon sidrah
tumbuh layu
jam berhenti sejenak # terdengar suara
cecak
seperti denting ribuan logam # kau
datang padaku serupa malam
aku lupa menutup pintu # aku luka
melupa nafsu
di kamar kita menjadi bisu # mawar dan
sidrah bersatu
; jibril, dimana wahyu? # khidir,
dimana waktu?
di luar, langit terbakar api # tahun
seketika berganti
cahaya meledakkan harapan # mayat sepi
berserakan
dari rambut kita yang uban # masa
lalu berguguran
2014
MALAM
JUM'AT
aku mengelus-elus bukit # sebelum
mendaki sampai langit
bukit mengepulkan asap # aroma minyan
menyeruap
hantu masa lalu gentayangan # mengitari
pohon kesunyian
ini malam jum'at # orang-orang menulis
azimat
pada lembar badan # dan kering kulit
macan
malaikat yang menjaga # bertamu ke dada
iblis berkalung sorban # serigala
menelan bulan
aku mulai mendaki bukit # lalu sampai
di langit
dari ketinggian aku melihat # bukit
dipenuhi mayat
orang-orang yang mati # dalam perang
melawan diri sendiri
2014
puisi Ini diambil dari buku “Dari
Negeri Poci 5; Negeri Langit” (Antologi Puisi 153 Penyair Indonesia) Kosa Kata
Kita, 2014 dan dispong Ulang pada 25 Juni 2014 di catatan Fb sang penyair: https://www.facebook.com/notes/10152112710781750/
Sofyan RH. Zaid, Lahir di Sumenep, 08 Januari 1986.
Alumni PP. Annuqayah, Guluk-guluk. Karya-karyanya terbit di sejumlah media
lokal dan nasional. Kini menjadi mahasiswa Falsafah Agama, Universitas
Paramadina dan aktif mengasuh, paramadina puisi club.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar