350 Tahun Kegelapan
tiga
ratus lima puluh tahun kegelapan
riwayat
pulau-pulau berlimpah rempah-rempah
diruwat
dalam kitab-kitab perjuangan
yang
diperdagangkan lewat penggadaian dunia
para
cendikia cerdik memahat kelicikan
di pusat
ibu kota sebagai mercusuar kata-kata
bandit-bandit
muncul dari kulkas dan AC
auranya
teduh bertangan pembunuh dingin
“kewajiban
kami, melaksanakan norma-norma
dan
etika seni membunuh dan menindas”
betapa
megahnya, o, betapa lumrahnya
ilmu dan
pengetahuan disepuh sampai tajam
agama
dan undang-undang adalah sarungnya
keduanya
dipakai dalam pertarungan kekuasaan
Relief Perjalanan
berapa
lagikah harus kukatakan padamu
jika
yang menggerakkan matahari di mataku:
rekah
bibirmu. sudah sekian rupa aku cipta kata,
demi
menyatakan kebenaran niat kepadamu
betapa
dekatnya jurang curam yang menunggu
untuk
menelanku jika sekedip saja aku lengah
dan
kalah pada prasangka kotor di lingkupku
yang
seolah mencemarimu sekian waktu
sekali
ini, dengarkan aku: ingat-ingatlah
rekah
bibirmu yang memahat kelopakku
menjadi
relief candi-candi perjalanan
penuh
syukur aku berdiri di muka kehidupan
memandangmu
dengan getar jiwa yang penuh
sambil
berzikir demi daya hidup yang fakir
2013/2015
Semarak Suka Dukana
petang
hadir di beranda untuk kita
hangat
cahaya yang tenggelam merasuki sukma
langit
bergelegar di kedalaman gemuruh jiwa
lalu
gerimis pecah sebentar membelah aroma
“harumnya
membawaku pada kebenaran niat!”
ucapmu
menyingkap labirin gelap kebinatanganku
taring
dan cakarnya meleleh susut ke tanah
lalu
sayap tumbuh di punggung – terbangkan aku
di udara
kita menabur ribuan kunang-kunang
dan
pemandangan di bumi penuh senyuman
muncul
dari bibir anak-anak dan kaum remaja
kita
terus mengepakkan sayap. tetapi tubuh diam
diantara
langit dan bumi yang disyukuri
: segalanya
semarak dalam suka dukana
2013/2015
Selendang Sulaiman, Lahir di Sumenep, Madura 18
Oktober 1989. Puisi-puisinya tersiar diberbagai
media massa, seperti; Seputar
Indonesia, Indopos, Suara
karya, Minggu Pagi,
Riau Pos, Merapi, Padang
Ekspres, Lampung Post, Radar Surabaya, Majalah Sagang, dll. Antologi Puisi
bersamanya; Mazhab Kutub (Pustaka Pujangga 2010), 50 Penyair Membaca
Jogja; Suluk
Mataram (MP 2011), Satu
Kata Istimewa (Ombak 2012). Di
Pangkuan Jogja (2013) Lintang Panjer Wengi di
Langit Jogja (Pesan Trend Ilmu Giri, 2014), Ayat-ayat Selat Sekat (Antologi Puisi Riau Pos, 2014), Bersepeda Ke Bulan (HariPuisi IndoPos,
2014), Bendera Putih untuk Tuhan (Antologi Puisi Riau Pos, 2014), dlsb. Antologi Tunggulnya: Hymne
Asmaraloka (Bitred Digital Book 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar