Inah
Senyummu
yang gugur satu-satu
Di ranting pipimu
Seperti panorama senja di Malimbu
Pelan-pelan menelusup ke jantung lautan
Mata yang memandang
Menjadi sakau
Mencipta rindu
Pada hati yang mencicipi
Malang, 2015
Di ranting pipimu
Seperti panorama senja di Malimbu
Pelan-pelan menelusup ke jantung lautan
Mata yang memandang
Menjadi sakau
Mencipta rindu
Pada hati yang mencicipi
Malang, 2015
Senyum
Di
bibir pantai
senja mulai remang menuju petang
engkau selipkan senyum pada kantong celana
kiriku
entah kau sengaja atau tidak, aku tak perduli itu
namun yang jelas
sehabis tersiram asin air laut
tertiup udara Malang-Mataram
dan sedikit pupuk sebuah waktu
kini ia bermetamorfosis menjadi rindu
entah akan tumbuh menjadi cinta yang berbun-
ga lalu buah
atau akan menjadi kering, gugur, lalu mati
tampa siraman senyum dan kecupmu lagi
Malang, 2015
senja mulai remang menuju petang
engkau selipkan senyum pada kantong celana
kiriku
entah kau sengaja atau tidak, aku tak perduli itu
namun yang jelas
sehabis tersiram asin air laut
tertiup udara Malang-Mataram
dan sedikit pupuk sebuah waktu
kini ia bermetamorfosis menjadi rindu
entah akan tumbuh menjadi cinta yang berbun-
ga lalu buah
atau akan menjadi kering, gugur, lalu mati
tampa siraman senyum dan kecupmu lagi
Malang, 2015
Surat cinta
Pada
sore itu
Saat senja mulai remang menuju petang
Di ujug bibir pantai
Ada semacam gelombang meletup-letup di
dadaku
Mendesakku segera memberi kabar
Atau semacam isyarat kepada-Mu
Malam-malamku gigil
Sebab senyummu yang terus menari-nari
Antara kepala dan hatiku
Maka telah kuputuskan untuk memberi pekabar
‘’aku jatuh hati kepadamu’’
Yakinkan hatimu bahwa
Tulang rusukku tumbuh dalam diri-mu
Dan, Kau tak perlu tahu
Di purnama keberapa
Aku akan memetik senyum dan meminang-mu
Malang, 2015
Saat senja mulai remang menuju petang
Di ujug bibir pantai
Ada semacam gelombang meletup-letup di
dadaku
Mendesakku segera memberi kabar
Atau semacam isyarat kepada-Mu
Malam-malamku gigil
Sebab senyummu yang terus menari-nari
Antara kepala dan hatiku
Maka telah kuputuskan untuk memberi pekabar
‘’aku jatuh hati kepadamu’’
Yakinkan hatimu bahwa
Tulang rusukku tumbuh dalam diri-mu
Dan, Kau tak perlu tahu
Di purnama keberapa
Aku akan memetik senyum dan meminang-mu
Malang, 2015
Lombok
Pada
pedas plecingmu
Lidahku bergoyang
Pada senyum gadismu
Rinduku berdendang
Madura, 2015
Lidahku bergoyang
Pada senyum gadismu
Rinduku berdendang
Madura, 2015
Lombok II
Di
pucuk-pucuk menara masjidmu
Rinduku memangil-manggil
Di pantai-pantaimu
Rinduku pasang surut
Meminta segera kecup
Pada tanah-tanahmu
Jejak-jejakku tertinggal
Menjadi kenangan
Madura, 2015
Rinduku memangil-manggil
Di pantai-pantaimu
Rinduku pasang surut
Meminta segera kecup
Pada tanah-tanahmu
Jejak-jejakku tertinggal
Menjadi kenangan
Madura, 2015
—
Syamsul Arifin
lahir di Sumenep, mahasiswa Unitri Prodi Agroteknologi dan di Teater KOPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar