ditulis pada tahun 2005 s/d 2011
Jangan Bersedih
Rofa
jangan bersedih rofa
jangan bersedih dengan suasana menghimpit matamu menjadi
airmata. di dalam hatimu terdapat impian; impian yang di dalam hurufnya
terdapat simbol dan tekateki kehidupan. bacalah dirimu sebagai kepasrahan hidup
dalam perasaan.
jangan bersedih rofa
di dalam ungkapan setiamu ada diriku, mengajakmu
bernyanyi bersama tembangtembang anak rantau.
jangan bersedih rofa
dirimu adalah kerinduan Tuhan yang mencoba
memanjakanmu dengan ridhaNya. sedihmu adalah bahasa kekosongan—lantas
meminangmu pada kejujuran hatimu. maka berhitunglah pada seisi alam untuk kau
semayamkan sedihmu pada malam.
jangan bersedih rofa
karena dirimu adalah terluka.
Yogyakarta-Toman
Meminangmu
kasihku, inilah alunan suara kesabaran meminangmu,
terdapat irama ikhlas dan mata memancarkan ketulusan kasih sayang untukmu
kasihku.
tak ada yang harus kusembunyikan untuk membuatmu
bahagia. meminangmu, aku hanya ingin sesuatu dalam senyummu yang sopan dan
memanja seperti gelisahku memelukmu di remang malam. lalu kau sentuh hatiku
dengan pujaanmu.
sungguh aku tak ingin harihariku menjadi sepi, seperti
lagulagu duka yang tak bersuara—tak bernyawa, seperti musik yang tak bersuara
hingga orangorang pada pergi mencari kebisingan sendirisendiri. bagiku, ini
bukan sebuah puisi kasihku, tapi rinduku yang bergemeretak inginimu
selalu—meminangmu dengan dzikir batubatu.
Jakarta
Membaca
Kenyataan dalam Dirimu
mimpi yang kau sembunyikan itu telah membuat hari dan
malammu sepi, hati berselimut benci, benci pada kenyataan Tuhan yang dititipkan
padamu.
arwah kebencianmu bertebar di manamana, membikin
spekulasi diri sebagai pengejawantahan dalam diri—damailah dirimu pada diri
yang bersemayam. tak adakah sedih itu kemudian? kenyataan bukan untuk kau
benci, tapi untuk kau puja dengan kesabaran menanti.
Yogyakarta
Tumor di
Kepalamu
tumor di kepalamu adalah senyumku dalam kehidupan yang
singkat ini dan kau sendiri adalah perpanjangan generasiku.
tumor di kepalamu adalah simbol dari harapanmu dan
harapanku yang tertunda
indana, bukan kekosongan hati untuk memilih sebuah
kerinduan, tapi sebuah impian untuk kau telusuri lebih dalam; sedalam hangatmu
memeluk mentari pagi.
tumor di kepalamu adalah anugerah Ilahi yang mencoba
meminangmu dengan ketulusan. tak ada hijab antara Tuhanmu dengan dirimu jika
kau merasakan sakitnya itu dengan doa, hingga syukur membasahi hariharimu.
tumor di kepalamu adalah kumpulan darah yang beku
sebagai landasan dzikir yang menyatukanmu dengan cinta dan potret dari
citacitamu yang tak terbatas, sedang kau kudapati sebagai landasan kekuatan.
engkau akan bangkit kembali lebih dari sekedar berdiri
di depan matahari.
Jakarta
Di Jakarta
di jakarta,
di kotamu yang ramai
kutitip mimpimimpiku di selasela kerlapkerlipnya
lelampu kota, melelapkanmu lewat hening rembulan. lalu kau petik sebagai
ingatan.
di jakarta,
di kotamu yang penuh dengan debudebu jalan
menitip amarah gelisahku di selasela deru gelombang
angin—bertebar di seluruh kotamu, hingga diri berjumpa ke rumahmu, mengetuk
pintu agar kau terbangun dari kebisingan hatimu tentangku sampai kau peluk
diriku dengan setiamu.
di jakarta,
di kotamu yang tak pernah tahu sunyi
kutitip risalah hatiku pada retak kaca di jendela, di
dekat museum kota kuno yang dulu kau pernah mengajakku sekedar bercerita
tentang kota. sentuhlah kaca itu dengan hening airmatamu, maka aku akan ada.
di jakarta,
di kotamu yang penuh asap
kutitipkan hidupku di dermaga utara. melukis kesunyian
untukmu kau petik remangremang kota hingga menitik beratkan hatimu pada sebuah
kehidupan dan kau menjadi rindu.
Yogyakarta
Bertahan Untukku
indana, laut bergelombang dalam batinmu, mengintai
segala dalildalil kesadaran diri. hidup hanya sekali, hanya untuk keabadian
diri.
indana, bertahanlah untukku
membikin hikayat baru dari kesetiaan yang tersisa,
kembali kepada kesatuan dan ketautan hati, hingga meminangmu pada sebuah
janjijanji.
indana, bertahanlah untukku
aku tak tahu ke mana lagi harus kucari sesuatu yang
telah lama mongering. padahal, genderang perang masih saja ditabuh.
aku hanyalah sayatansayatan panah menusuk setiap detak
jantung. aku tak ingin kegagalan atau pun kekalahan dalam menjaga keselamatan
hatimu.
ketahuilah indana, setiap bunyi pedang adalah namamu
dalam doa, namun yang membuatku hilang dalam ruang yang kosong, tak ada kamu
yang ada hanya wajahmu dalam cermin.
Jakarta
Senandung Hati
:Diy
I/
entah apa dan siapa yang kutatap di layar monitor
bermain dahaga. jam dinding berteriak lepas tiba-tiba. tangan-tangan sibuk
bermain huruf dan angka. wajahmu seperti ada di jendela meremasremas batinku
yang ranum. wahai engkau. siapa engkau.
bayangmu berkacakaca di cermin yang lepas di dinding
toilet umum bandara. aku tak sedang bercakapcakap sendirian, aku juga tak
sedang termangu, tapi kebisingan dan rindu ramai wajahmu melompat ke ranjang
dingin tempat aku menatap langitlangit kamar dengan sajak sepi batinku.
II/
di pulau itu, Diy. barangkali harus kutitip cerita
tentang negeri angin—tentang sayup hening mengantarkanmu pada lembah mimpi dan
janji untuk memamah ke lubukmu. bgitulah, Diy, saat daundaun gugur melepas
ingatan; merangkai tangkai, bunga membunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar