Dalam sisa gerakkku yang kutinggalkan
Adalah wajahmu
Sisa getar dalam getar dalam sendiri
Dalam getar wajah terik hangat
Dalam getar wajah kaki melesat
Kuingat melekat pada jalanku
Suatu waktu kusentuh
Ia dengan tanganku
Wajah yang tak ada di cermin kaca
Wajah yang hanya milikku
Wajah yang memilikiku
Wajah yang juga memilikimu
Lalu aku membelinya
Serupa hangat yang melesat pada wajahmu
Membelai wajahku lubang melesat itu
Wajah yang kubelai dalam belaianmu
Menjadi wajah batu-batu beku
Menjadi wajah lubang-lubang waktu
Beku waktu yang bertiup
Tiupan wajah setengah tak nyata
Wajah-wajah yang sungguh ada
Daru segala batu penjuru batu
Segala penjuru sepi
Dari segala lubang penjuru lubang
Segala penjuru mengembang
Aku dan wajahku melebihi mimpi
Wajahmu tak cukup arti
Hingga di sela-sela lupanya
Aku masih membelainya juga
Belaian wajah terik hangat
Belaian wajah kaki melesat
Bergetar dalam getar dalam
Diam-diam melayang
Baying yang diam
Pada tanganku yang kaku
Mungkin ia bukan patung
Mungkin ia bukan waktu
Walau kutahu tersentuh utuh
Sentuhan ingatan
Sentuhan keutuhan
Namun semuanya
Bukan ingatan
Bukan keutuhan
Hanya wajah yang tak bisa kusempurnakan
Yogyakarta, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar