DUNIA KEDAI BIR
– omar
khayyam
dunia lahir dari tanda tanya
dan tumbuh di kedai bir, sebelum dewasa;
peta bintang di matamu meneteskan api
membakarku di abad ini
jalan-jalan bercabang, bagai hologram
di dalam pikiran:
tempat di mana cinta terhapus dari ensiklopedia
tempat kau menatah putih jadi pelangi
tempat gelisah menggali diri
kau mengembara dari barat ke timur
di antara phytagoras dan al-ghazali
kau berteriak, tanpa hipokrisi
dalam pelukan puisi
apa yang belum kau buru?
mutiara jamshid dan mahkota bahram
telah membuka pandanganmu akan dunia
sebagai penginapan tua
dan di puncak waktu pun
kau tepis otak kaikobad dalam mata parviz
kau lempar kenangan, sebelum tiba ajal
untuk mabuk di kedai bir tuhan
krapyak, 2012
SEBUAH PIALA
– karangan bunga untuk alm. siska
sebuah
piala
kugenggam
dalam hati
dan
pemiliknya
rebah
di hati yang lain
sebuah
piala
tanda
cinta pertama
abadi
dalam hati
mendiang
di hati yang lain
krapyak,
2012
SENGILNUNGNGIL
kubah-kubah
angkasa berpacak dalam kebingunganku
kubah-kubah
dari dunia yang pecah
di
balik mata dan batin
kubangun
kenyataan dari serpihan metafora
dari
butiran-butiran simbol
yang
kulebur dalam darahku
jadi
mental, jadi nasib, jadi gambar tentang fakih
dan
aku menolaknya
bagaimana
malam terlihat sebagai siang
dan
siang terlihat sebagai malam?
bagaimana
ruang dan waktu
kupeluk
dalam kebinasaan?
makna-makna
berputar bagai planet-planet berputar
mengitari
matahari yang padam dalam permenunganku;
laut
filsafat, sains dan puisi menguap
jadi
mendung gelap di mana kilat dan guntur
menghablurkan
isi kepala dan dadaku
kutuang
anggur hakikat ke dalam mulutku yang fana
hingga
aku mabuk, dan dalam kemabukan
aku
kehilangan cinta dan kerinduan;
aku
pun jatuh terperosok ke jurang duka cita
dan
terlepas dari tangkai manusia
kenyataan
adalah sebuah tafsir:
aku
bangun sebagai fakih
dari
ranjang pikiranku sendiri
kini,
ingin kubakar dunia
dan
bunuh diri
di
titik pusat asal mula
krapyak,
2012
MATA KEMATIAN
– nom hadis
mata
kematian: mata senja
jendela
di mana kita menatap
ketakterhinggaan
di luar
dan
keterbatasan di dalam
kematian:
birahi fatamorgana
jurang
pembuangan orang-orang sakit
yang
tak tahu atau memang tak pernah ingin tahu
jalan
ke puncak diri
ruang
waktu, raksasa bebal itu
mencari
harta karunnya di hati kita
dan
membangun dunia
dari
retakan-retakan cermin
hingga
mata kita lamur
yang
semestinya riang di kala senja
jadi
murung
kematian,
pada mulanya
hanya
sebuah lelucon
yang
tak ada
di
tengah-tengah dunia
yang
tak ada
krapyak,
2012
KAU TUANG KEGILAAN DAN AMARAH
kau
tuang kegilaan dan amarah
ke
dalam cangkir mimpi
dan
kau menenggaknya
kau
tidur di relung mata semua orang
dan
bermimpi: kau berdiri di ujung tombak bahasa
dunia
tumbuh dari rasa ngeri
air
mata mengalir sepanjang hayal
dan
kau melangkah ke tengah hari
bagai
melangkah ke medan perang
tapi
di manakah suaramu? di mana?
senyum
yang kau genggam, buktikanlah
kelak
akan jadi pisau
yang
kau gunakan
untuk
menggorok nasibmu sendiri
gedong
kuning, 2012
DI MANA SAJA
sumur-sumur
hakikat
bisa
digali di mana saja
bir
dan air mata
bisa
tenggak di mana saja
tak
perlu masjid, wc atau diskotik
tuhan
dapat dijumpai di mana saja
filsafat,
sains dan puisi
tirai-tirai
kenyataan
bisa
dirobek di mana saja
krapyak,
2012
KAU BOLEH MELAHAP APA SAJA
kau
boleh melahap apa saja:
bunga,
pisau atau puisi
kenyataan
toh hanya sebuah tafsir
kau
boleh menangis dan tertawa
waktu
toh akan bertepuk tangan
sambil
memandang sinis
pada
kau yang sibuk membanting kenangan
kau
kira jalan akan membentang
dari
kesia-siaan ke pulau impian
dan
pikiran dan renungan
mengapa
kau begitu yakin
akan
mengantarmu ke dasar hati?
apa
kau lupa atau memang tak pernah tahu
dunia
adalah cermin yang retak
dan
kebenaran adalah kau yang berdiri di depannya
yang
tak pernah mampu menyelesaikan solek dan duka cita
pedak
baru, 2012
MUHAMMAD
ALI FAKIH,
lahir di Kerta Timur Dasuk Sumenep Madura, 08 Maret 1988. Kini sedang belajar
di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan bergiat di Lesehan
Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY).
Catatan
dari Si Tukang Arsip: puisi ini pertama
kali dipublikasikan oleh Radio Nada FM Madura, pada 10 Agustus 2014 di nadafm.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar