di kotamu
Mahakam melukis bulan
wajahmu, siluet mengombak di tepian
daratan sama rendah
barangkali sejenak,
orang-orang berhenti menyusur jalan
dengan lampu-lampu menyaksikan kita.
(yang hanya mematung seperti sepasang pemuda
di gedung bioskop
yang lebur bersama film romansa)
di lambungnya,
Aar mengalir seperti rol film
dengan lanskap purba dari orang-orang rantau
dan bersampan
diam-diam,
kau menghilang!
setela malam ini,
kau tak lagi ingin
kita bercakap tentang hujan dalam etalase
lalu,
aku segera melompat ke sampan
yang kularung sendiri
mengejar siluet wajahmu yang menjauh
bersama orang-orang rantau dan bersampan itu
gelombang terus saja berlalu silih-berganti
orang-orang berlampu masih menyaksikannya,
dan bulan masih pula mengambang
di punggung Mahakam.
Samarinda, 2010
Burung Enggang
tatapanmu adalah burung enggang
yang melintasi rimbun hutanku
yang terjerah
terbang dengan arah terpisah
dari desir angin berdebu
barangkali saharusnya,
engaku mesti pergi
untuk dimitoskan sebgai perhiasan
serupa ukiran kayu di amin lamin
atau di atap gedung yang di bangun
dengan bara batu
lalu,
pada prosesi ritual
akan kualirkan sisa jernih air Mahakam
tepat di ujung paruhnya
dan kita kembali bertemu
di hari senja,
yang lumrah.
Samarinda, 2011
Ahmad Hamzah Fansuri Basar, Lahir di Pamekasan, 25 Maret 1985. Alumnus Fakultas
Bahasa dan Seni, Jurusan Sendratasik UNESA. Pernah memenangkan lomba penulisan
lakon dalam Peksiminas VIII Jawa Timur, 2006 dan menjuarai lomba monolog Peksiminas
IX 2008 di Jambi. Tulisannya dipublikasikan di GEMA, Jokotole, GONG Jurnal Seni
dan Sastra (JSS) Unesa, dan Samarinda Post, serta dalam antologi bersama
Pamekasan di Mata Penyair (DKP,2007), aktif di lembaga kajian seni budaya
Madura, KALELES, mahasiswa pascasarjana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni
Rupa, UGM Yogyakarta serta tercatat sebagai guru di SMAN 1 Masalembu.
Catatan dari si Tukang Arsip : Dua
puisi ini dimuat dalam rumahlebah-ruangpuisi 03, Oto - Puisi (Komunitas Rumah
Lebah Yogyakarta - Framepublishing, 2012.
Diketik ulang oleh Haryono Nur Kholis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar