Puisi M. Faizi
|| Other
Old Puisi : Translated by Shally Novita yang diposting di blog sareyang (M.
Faizi) sepanjang tahun 2011: NAMA BAGI
RUANG, KATA BAGI WAKTU - NAME FOR SPACE,
WORDS FOR TIME - NAME FOR SPACE, WORDS
FOR TIME - WEDDING-POEM - SAIPIANGIN - RUANG-WAKTU:
SEBUAH INTERVAL – BAYI YANG KE-200 JUTA - SPACE-TIME: AN INTERVAL -THE 200
MILLIONth BABY - CERITA KELUARGA KAMI - OUR FAMILY STORY - SAAT AKU MENJADI
RABAT - PETAK UMPAT (—untuk
Dr. Faruk) TERNATE–TIDORE||
NAMA BAGI
RUANG, KATA BAGI WAKTU
Liburan Dimulai Hari Ini:
Dari Madrid ke Praha
dari Berlin hingga Venezia
tak kautemukan tempat bermain anak
yang pengetahuannya tentang tempat itu
adalah bertanya
tapi engkau telah menyimpan jawaban:
bahwa liburan adalah kata
untuk memberi nama sebuah ruang
yang segera ditingggalkannya
“Hari ini, liburan dimulai, Bu!”
maka hari-hari yang terlewat
berkejaran menuju masa lalu
Kapal Tak Lagi Berlayar:
Sesungguhnya engkau paham
jarak bukanlah nama bagi ruang
melainkan kata bagi waktu
yang menemukan makna di perjalanan
bukan pada dermaga yang dituju
karena itu tidak akan pernah kaujumpai
seorang nahkoda yang melipat layar
pada saat kapal telah bersandar
karena ia hanya punya satu tujuan:
mengangkutmu ke mana pun pergi
dan menghantarkanmu pulang kembali
Dan Kereta Telah Bergerak:
Liburan Dimulai Hari Ini:
Dari Madrid ke Praha
dari Berlin hingga Venezia
tak kautemukan tempat bermain anak
yang pengetahuannya tentang tempat itu
adalah bertanya
tapi engkau telah menyimpan jawaban:
bahwa liburan adalah kata
untuk memberi nama sebuah ruang
yang segera ditingggalkannya
“Hari ini, liburan dimulai, Bu!”
maka hari-hari yang terlewat
berkejaran menuju masa lalu
Kapal Tak Lagi Berlayar:
Sesungguhnya engkau paham
jarak bukanlah nama bagi ruang
melainkan kata bagi waktu
yang menemukan makna di perjalanan
bukan pada dermaga yang dituju
karena itu tidak akan pernah kaujumpai
seorang nahkoda yang melipat layar
pada saat kapal telah bersandar
karena ia hanya punya satu tujuan:
mengangkutmu ke mana pun pergi
dan menghantarkanmu pulang kembali
Dan Kereta Telah Bergerak:
Setelah kauhabiskan akhir malammu
dengan Antonio’s Song dan My Way
engkau tiba di stasiun pagi sekali
ketika rel-rel baja yang belum memuai itu
bergetar oleh degup jantungmu
seiring lokomotif yang datang tanpa peluit
Tiket habis, demikian tertulis di loket
ruangan itu tak menyediakan nama
bagi peron yang ditinggal kosong
yang ada hanyalah gerbong-gerbong
bagi mereka yang hendak berangkat kerja
10/7/2003
NAME FOR SPACE, WORDS FOR TIME
Vacation Starts Today:
From Madrid to Prague
from Berlin to Venice
you do not find children's playground
whose knowledge of the place
was asking
but you have saved your answers:
vacation is a word
for calling a space
that immediately leaved
"Today, the holiday begins, Mom!"
then the days that be missed
chasing each other towards the past
Ships sailed no more:
Surely you understand
distance is not the name for the space
but the word for the time
who finds a meaning in the journey
not on the dock designated
because of that, you will never meet
a captain who folds the sail
when the ship is leaning
because he has only one goal:
taking you along to anywhere
and returned you back
And Train moves:
After you spend your evening
with Antonio's Song and My Way
you arrive at the station early
when the steel rails that have not expanded yet
vibrate by a pounding of your heart
as locomotive that arrived without whistle
Tickets sold out, so written in the booth
the room was not providing names
for the platform that was left empty
there are only compartements
for those who want to go to work
PERNIKAHAN-PUISI
Aku menikahimu:
untuk membuktikan keteguhan hati
memilih belahan jiwa
sebagaimana janji puisi
pada kata-kata
25/11/2003
WEDDING-POEM
I married you:
to prove determination
choose soul mates
as promise of the poem
to the words
SAIPIANGIN
Saipiangin,
ringankan tubuh
akulah angin
di mata badai
jangan kaukejar
kakiku seribu
menderu tak bersiru
jangan rintangi
tak ada kata henti
dalam lariku
3/06/2002
SAIPIANGIN
Saipiangin,
lightens body
I am the wind
in the eye of storm
don’t pursue me
I have thousands of feet
roaring not splatting
don’t border me
there is no stop
in my running
RUANG-WAKTU: SEBUAH INTERVAL
Di Kafe, 00:13
Gadis berwajah oval
bukan Latin, bukan Meksiko
suka R’NB, benci Flamenco
menghirup tembakau virginia
dalam-dalam
sementara alunan saksofon
sayup-sayup mendayu, sexy…
membuatnya semakin sendiri
Di kafe yang sepi pengunjung itu
seperti hatinya
dini hari selalu saja mendahului jam
Di Rumah, 02:27
Hujan telah reda, udara lembab basah
serangga muncul menghirup sampah
mencari uap tanah
sebelum panas katulistiwa merebutnya
semua peristiwa
yang tersekap di gigil tubuh
mendesah bersama keluh,
“Hanya pada-Mu aku telanjang
tapi tidak pada manusia
yang mengiraku terlelap dalam dunia.”
Di Luar Keduanya,
Orang itu, sosok lain
dua dunia, dialogis
metafora, teks jamak
pengemis yang loba
punya pilihan belajar puasa;
membenci apa yang dicinta
SPACE-TIME: AN INTERVAL
At the Cafe, 00:13
Oval-faced girl
neither Latin, nor Mexico
loves R'NB, hates Flamenco
deep inhaling a Virginian tobacco
while the strains of saxophone
grumbling faint, sexy ...
made her more lonely
In a cafe without visitors
such her heart
early days always precede time
At Home, 02:27
The rain has subsided, moist and wet air
insects appear inhaling garbage
looking for vapor of soil
before the hot equator takes it
all events
are locked in a shivering body
sigh and sigh,
"Only in front of Thee I am naked
but not to humans
which thought I sleep in the world"
Outside Both café and home
The man, another figure
two worlds, dialogue
metaphors, plural text
a greedy beggar
have a choice to learn fast;
to hate what is beloved
BAYI YANG KE-200 JUTA
Bayi yang ke-200 juta telah lahir
Haryono Suyono tampak berdebar
di dalam teve saat mengabarkan
peristiwa agung ini
kepada seluruh rakyat
Dari alam azali,
bayi yang ke¬200 juta
membawa secarik kertas yang bercerita
tentang harga pupuk, beras, semen
yang terus melonjak
juga berbagai kerusuhan yang terjadi
membawa petaka di zamannya
Bayi yang ke¬200 juta telah lahir
di antara pesta demokrasi
dalam warna¬warna bendera
dan peristiwa¬peristiwa berdarah
untuk pembangunan yang diagung-agungkan
Bayi yang ke¬200 juta telah lahir
ia menangis untuk Indonesia
karena dalam kesuciannya
sudah menanggung beban hutang negara
6/2/1997
THE 200
MILLIONth BABY
The 200 millionth baby has been born
Haryono Suyono seemed pounding
at the TV while preaching
this great event
to all people
From the eternal nature,
the 200 millionth baby
brings a piece of paper that describes
about the price of fertilizer, rice, cement
which continue to soar
also various riots that occurred
bringing up disastrous in this day
The 200 millionth baby has been born
among democracy party
in the colors of flag
and bloody incidents
for the glory of development
The 200 millionth baby has been born
he cried for Indonesia
because of in his purity
has borne the burden of national debt
CERITA KELUARGA KAMI
Alkisah, pada zaman dahulu kala
kami hidup terhomat, kaya raya
lalu malapetaka menimpa kami
dari judi ke judi, bertaruh harga diri
bangkrut menuntut kami buka usaha
menjual diri ke negeri manca
dan seperti kebanyakan cerita
kami berhasil; happy ending
Keluarga kami suka menulis kisah
tentang bencana yang datang
waktu kami berfoya-foya
rentenir meminta laba, bankir menagih bunga
menjelaskan detik berlipat usia
Selama bertahun-tahun lamanya
dituakan kolonialisme dan hutang
lalu kami gubah sebuah roman
untuk anak cucu di masa mendatang;
‘pada akhirnya,
mereka hidup berbahagia
untuk selama-lamanya’
begitulah penutup cerita
Di masa tua yang berbahagia
anak cucu kami menyusun cerita
tentang dua hobi keluarga kami
yang tak sempat ditulis sebelumnya;
menulis dan berhutang
tapi tak suka membaca dan membayar
8/2/2003
The 200 millionth baby has been born
Haryono Suyono seemed pounding
at the TV while preaching
this great event
to all people
From the eternal nature,
the 200 millionth baby
brings a piece of paper that describes
about the price of fertilizer, rice, cement
which continue to soar
also various riots that occurred
bringing up disastrous in this day
The 200 millionth baby has been born
among democracy party
in the colors of flag
and bloody incidents
for the glory of development
The 200 millionth baby has been born
he cried for Indonesia
because of in his purity
has borne the burden of national debt
CERITA KELUARGA KAMI
Alkisah, pada zaman dahulu kala
kami hidup terhomat, kaya raya
lalu malapetaka menimpa kami
dari judi ke judi, bertaruh harga diri
bangkrut menuntut kami buka usaha
menjual diri ke negeri manca
dan seperti kebanyakan cerita
kami berhasil; happy ending
Keluarga kami suka menulis kisah
tentang bencana yang datang
waktu kami berfoya-foya
rentenir meminta laba, bankir menagih bunga
menjelaskan detik berlipat usia
Selama bertahun-tahun lamanya
dituakan kolonialisme dan hutang
lalu kami gubah sebuah roman
untuk anak cucu di masa mendatang;
‘pada akhirnya,
mereka hidup berbahagia
untuk selama-lamanya’
begitulah penutup cerita
Di masa tua yang berbahagia
anak cucu kami menyusun cerita
tentang dua hobi keluarga kami
yang tak sempat ditulis sebelumnya;
menulis dan berhutang
tapi tak suka membaca dan membayar
8/2/2003
OUR
FAMILY STORY
Once, in ancient times
we were honorable, wealthy
then disaster struck us
from gambling to gambling, betting on self-esteem
default demands us to open a business
sell ourselves to foreign country
and like some stories
we succeeded; happy ending
Our family loves to write stories
of a coming disaster
when we spree
moneylenders ask earnings, bankers collect interest
explain time pleated age
Over many years
getting old by colonialism and debt
then we composed a romance
for children and grandchildren in the future;
'in the end,
they live happily ever after '
that's the cover story
In the happy old age
Our grandchildren compose stories
about two of our family hobbies
that were not previously written;
writing and owe
but do not like to read and pay
Once, in ancient times
we were honorable, wealthy
then disaster struck us
from gambling to gambling, betting on self-esteem
default demands us to open a business
sell ourselves to foreign country
and like some stories
we succeeded; happy ending
Our family loves to write stories
of a coming disaster
when we spree
moneylenders ask earnings, bankers collect interest
explain time pleated age
Over many years
getting old by colonialism and debt
then we composed a romance
for children and grandchildren in the future;
'in the end,
they live happily ever after '
that's the cover story
In the happy old age
Our grandchildren compose stories
about two of our family hobbies
that were not previously written;
writing and owe
but do not like to read and pay
SAAT AKU
MENJADI RABAT
Aku adalah seorang lelaki gimbal
yang menari hingga trans
dalam notasi yang berkeluk
di antara nada
yang tergunting dalam lipatan
yang tak lengkap dalam ketukan
saat trumpet mengalun cerewet
ketika snare dipukul kencang
Itulah saat aku menjadi rabat
jalan tengah idealisme dan pasar
lalu larut dalam harmoni
di antara arus balik kakofoni
saat-saat kutemukan orisinalitas:
adzan di surau, choir di katedral
Di antara mimpi buruk pembajakan
seniman berkarya mencari sesuap makan
di saat yang lain disebut virtuoso
yang lain dihujat karena karya jiplakan
lebih aneh lagi nasib para musisi
yang populer karena akor lugu
boleh idealis tetapi dijamin tak laku
Demikianlah kisah para seniman
yang pernah singgah
di warung kopi dunia yang ramai
menggosip semalam suntuk
bahkan ada yang bertukar teori
bagaimana cara menjiplak
tetapi para penggemar tetap tak tahu
Karena itu, maka layaklah bila aku ragu
barangkali sejarah sebenarnya tak ada
kecuali cerita yang tak henti diulang-ulang
dalam lain bentuk dan lain nama
04/3/2003
WHEN I AM BEING A RABAT (DISCOUNT)
I am a dreadlocks man
who danced to tranced
in the gnarled notation between tones
which cut in folds
incomplete in a rap
when trumpet sound fussy
when snare was hit hard
That's when I became a discount
middle path of idealism and the market
then dissolved in harmony
between backflow of cacophony
I found an originality:
call to prayer from mosque, choir in the cathedral
Among nightmares of piracy
artist working for something to eat
when some people called a virtuoso
others cursed because of plagiarism
more bizarre is the fate of the musicians
popular because the innocent chord
may be idealistic but are not sell well
That is the story of the artists
who never stopped
in the world crowded coffee shop
gossiping all night long
some even exchange theories
how to cheat
but the fans still do not know
Therefore, it's worth when I doubt
perhaps there is no real history
except that a repeated story
in other forms and other names
Aku adalah seorang lelaki gimbal
yang menari hingga trans
dalam notasi yang berkeluk
di antara nada
yang tergunting dalam lipatan
yang tak lengkap dalam ketukan
saat trumpet mengalun cerewet
ketika snare dipukul kencang
Itulah saat aku menjadi rabat
jalan tengah idealisme dan pasar
lalu larut dalam harmoni
di antara arus balik kakofoni
saat-saat kutemukan orisinalitas:
adzan di surau, choir di katedral
Di antara mimpi buruk pembajakan
seniman berkarya mencari sesuap makan
di saat yang lain disebut virtuoso
yang lain dihujat karena karya jiplakan
lebih aneh lagi nasib para musisi
yang populer karena akor lugu
boleh idealis tetapi dijamin tak laku
Demikianlah kisah para seniman
yang pernah singgah
di warung kopi dunia yang ramai
menggosip semalam suntuk
bahkan ada yang bertukar teori
bagaimana cara menjiplak
tetapi para penggemar tetap tak tahu
Karena itu, maka layaklah bila aku ragu
barangkali sejarah sebenarnya tak ada
kecuali cerita yang tak henti diulang-ulang
dalam lain bentuk dan lain nama
04/3/2003
WHEN I AM BEING A RABAT (DISCOUNT)
I am a dreadlocks man
who danced to tranced
in the gnarled notation between tones
which cut in folds
incomplete in a rap
when trumpet sound fussy
when snare was hit hard
That's when I became a discount
middle path of idealism and the market
then dissolved in harmony
between backflow of cacophony
I found an originality:
call to prayer from mosque, choir in the cathedral
Among nightmares of piracy
artist working for something to eat
when some people called a virtuoso
others cursed because of plagiarism
more bizarre is the fate of the musicians
popular because the innocent chord
may be idealistic but are not sell well
That is the story of the artists
who never stopped
in the world crowded coffee shop
gossiping all night long
some even exchange theories
how to cheat
but the fans still do not know
Therefore, it's worth when I doubt
perhaps there is no real history
except that a repeated story
in other forms and other names
PETAK UMPAT
—untuk Dr. Faruk
Faruk dan aku bermain kata
Pada teks aku sembunyi
ia mencariku dengan teori
aku muncul sebagai bukan
untuk mengelabuhi adalah-nya
tapi ia menemukanku
setelah membalik arah jalan pikiran
Faruk dan aku bermain kata
kami dipermainkan kata-kata
4/3/2003
HIDE AND SEEK
-for Dr. Faruk
Faruk and I play words
In the text I hide
he was looking for me with some theories
I appeared as a non
for his tricking ‘is to be’
but he found me
after turn over the direction of thought
Faruk and I play words
we are tricked by words
Diposkan oleh M. Faizi
pada 08 Juli 2012 di blog sareyang
Ternate –
Tidore
Matahari yang lebih dulu bersinar di sini
dan malam yang hangat oleh aer guraka
menandai Ternate sebagai pendar di khatulistiwa
Tuas apa namanya yang dapat mencungkil mutiara
yang tersimpan di balik Gamalama?
bukan puisi, pasti
ia bernama rasa memiliki
bahwa tanah ini, menanjak dan menurun
lurus dan menikung
mirip alur cerita yang penuh kejutan
penuh sanjung dan pepindan
“Mengapa kamu begitu mencintai laut?” tanyaku
“padahal rempah-rempah tumbuh di darat?”
matamu berkilat dalam ucapan,
“Pulau-pulau memisahkan
bahasa menyenjangkan
laut yang mempersatukannya.”
“Mengapa kamu pergi dari Kie Raha?
tak takutkah kamu ia berpindah letak di dalam peta?”
Kamu menunjuk langit
ya, aku melihat kabut di puncak Gamalama
pohon-pohon yang lebat seperti jambang
Kamu menunjuk laut
ya, aku melihat air yang jernih kemilau
asin saat dicecap, tawar saat dipandang
Kamu diam tak berkata
kamu tersenyum tanda bersuka
Tempat ini telah lama diberi nama
Orang-orang tahu, nama untuk dikenal
meskipun juga demi upaya penaklukan
aku berusaha melihat dan merasa
Lalu, kamu antar aku ke suatu tempat
“Inilah tahi lalat di pelipis khatulistiwa.”
Aku berdercak
“Ah, rupanya, surga itu tak begitu jauh letaknya.”
29/10/2011
Diposkan oleh M. Faizi
pada 05 November 2012 di blog sareyang
puisi-puisi ini secara bersama-sama di-copy-paste dari Blog si Penyair oleh Redaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar