Lelaki Pasir
Di pantai lelaki-lelaki menyelam dalam
pasir, seperti mencari
kamar mandi, wastafel, sabun, juga bat
up penuh rumput.
Istri-istri menunggu dengan perut yang
lapar, berharap
menjadi cacing mengenali denyut tanah
sebagai ibu,
mimpi-mimpi yang di tancapkan sebagai
mata pancing.
Sampai gelombang air ganas
menyampunya. Mengembalikan
setiap cerita pada kata. Puisi yang
tumbuh dari
godaan-godaan kerang dan kepiting.
Sampai pasir diangkuti
orang-orang ke kota. Pasir menyisir
angina, mencari
rumah-rumah air. Kerang-kerang menyelam
ke dasar hatinya,
pasir kembali hangat memintahku sebagai
lelaki pasir yang kuat
suatu malam, bicara kekuatan kita
sepakat meminum
vigra, dan sehabis bersebadan dari
kemaluanku berlarian
lintah-lintah sepanjang klingking,
mulutnya terus menyumpah;
-sir-lesir ke laut tak berpasir adam
terusir
Di pantai segala beban benar-benar
terasa berat merembesi
punggung dengan besi karat, laknat!
Sumpahnya
lelaki-lelaki masih saja mematut-matut
dirinya dengan kisah
laut, sampan dan perampok hantu laut
dan paus bergigi
merah yang kejam, seperti mencari
kekuatan. Seperti
berharap kutukan menimpanya.
Sumenep, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar