Khutbah dari Bukit
Persemedian
1)
Rambutku
kusut
Lebah
hutan jiwaku kalut
Namun
terus kupandangi malakut
Supaya
samudra makrifatku tak surut
2)
Engkau
yang meloloskan kemarau
Akan
kusulapkan menjadi kerbau
Hingga
tak pernah dengar nyanyian bangau
Awas
jangan kau coba sembunyi di ceruk lapau
3)
Jangan
dengar rintih jiwamu yang pengecut
Sebab
hidup adalah singa yang membuang takut
Terhadap
karang terhadap lumut
4)
Maka
rebutlah kembali tongkat Musamu
Untuk
mengusir keganasan ranjau dan sembilu
Meski
akhirnya Firaun-firaun tak juga sirna
Setidaknya
biar luka batinmu tak terus menganga
5)
Dengan
berbekal ketulusan dan basamalah
Kau tak
perlu lagi menimang-nimang langkah
Karena
sesungguhnya hakekat kemenangan
Adalah
berbuncah telaga iman
6)
Sebagaimana
Musa yang mengejar api
Ke
puncak Thursina kau mesti berlari
Agar besok dan kemaren bukanlah bay ang-bayang
Tapi kebakaran
dalam pelukan kasih sayang
7)
Karena
itu lepaslah sandal ananiyahmu
Agar
cadas pegunungan merobek kakimu sampai berdarah
Dan
sebagaimana batu-batu malam yang dipeluk
rindu
Kau akan
sanggup merubah semesta jadi senja merah
8)
Dengan
demikian kau boleh berkata secara jantan
Wajah
sukmaku menjema cahaya
Karena
sampanku telah berlabuh di pulau mawarNya”
9)
Maka
seluruh pengembaraanmu akan melahirkan aneka bunga
Yang berparade membacakan puisi-puisi pencintaan
Hingga
keganasan waktu tak mampu membuatmu renta
Aduhai,
betapa manis mencucup esensi kenyataan!
Sungai
Gajahwong. 1999
Kuswaidi Syafiie,
penyair juga esais. Buku antologi puisinya adalah Tarian Mabuk Allah
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) dan Pohon Sidrah (Yogyakarta: Fajar
Pustaka, 2001). Sedang kumpulan esainya adalah Tafakur di Ujung Cinta (Pustaka
Pelajar, 2003) dan Sepotong Rindu untuk Kanjeng Nabi (Pustaka Pelajar,
2005).
Catatan Si Tukang Arsip: puisi ini
diketik ulang oleh Haryono Nur Kholis dari kumpulan puisi Lirik Lereng Merapi – Antologi Puisi dan Geguritan (Yogyakarta:
Dewan Kesenian Sleman, Februari 2001). Puisi ini juga termasuk dalam antolgi
puisi tunggal: Kuswaidi Syafi’ie, Pohon
Sidrah, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm. 99-101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar