Kidung Pangantin
Berlari dari jalan panjang yang berliku
Menuju kesempurnaan diri
Dari tali kasih, perjumpuan sejak masih
bayi
Memadu cinta, kini semakin menyatu
Lewati segala gempuran arus ombak
Dari waktu yang tidak pernah terhitung
dalam jari
Aku hitung tulang rusukku setiap detk
Tidak pernah aku mengingatnya
Persembunyian tulang yang hilang
Kini menjelma manusia sempurna
Ciptaan Tuhan yang bijaksan
Hadir bagai separuh mimpi malam
Dingin, mengikuti aliran sel-sel
tubuhku
Keheningan selalu menyapa
Dalam merajut kisah kerindahan
Dari cincin mutiara hikmah
Manjadi keluarga sakinah mawadah
Yogyakarta, 2010
Biarkan Aku Menangis
-Sapa
untuk Yan Zavin Aundjand
Sejenak kuterpaku membuka lembar basah
ingatan
Ketika kebersamaan mengikat kita
Dalam satu ruang kebahagiaan kemarin
Ditikungan waktu kita bertemu bersama
Merangkai sejarah pelangi kehidupan
Seperti bahtera
Desir sendiri mengipas cerita
Jauh, di tengah samudera
Tiang kejujuran tegak menjulang
Berkibarlah bendera kepercayaan
Getar gelegar sabda gelombang
Sesekali menghempas layar
Tak mampu pecahkan arah tujuan
Tapi kini,
Senja maraj mengmbang di gerbang malam
Patahkan langkah sang raja siang
Akankah kelam malam dating menjelang?
Tuhanku,
Inikah hukum alam itu?
Sebuah mimpi buruk yang membuat dada
sesak
Engah napas terpenggal
Jiwa berdebar, bergetar dan bercakar
Inikah hukum alam itu?
Suatu keharusan dalam perjalanan
Sebagai bukti ada-Mu Tuhan
Maka biarkan aku menangis
Tumpahkan segenap rasa
Bangkitlah kembali sisa-sisa asa
Biarkan air mata mengalir
Membasuh darah
Ketika pisau lata
Mengiris impian.
Yogyakarta,2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar