Bintang itu pecah menuju dua sudut berlawanan
Membentang
serabut gelap di antara dua kutub
Siapa
berjalan di antara kubangan bulan
detaknya
gemuruh sampai subuh
Bintang-bintang
sunyi mengedipkan mata
Di
antara balutan dingin yang beruntuhan
Menuju
kelok jalan memasuki ruang dada
bergetar
dan merontokkan usia.
Yang
jatuh adalah biji matahari
Di
atas bongkahan tembikar musim kemarau
hujan
menaklukkan rindu yang mengeras
sepanjang
nafas.
Kau
merambat meyusuri tebing waktu dan dini yang beku
Dengkur
batu-batu memecah sunyi
Kembang-kembang
cahaya bergelantungan
Di
anting –anting dini yang merah
Tenggelam
dalam matamu
Mengalirkan
anak-anak sungai
ke
sepanjang drainase
mengitari
pembuluh subuh
2014
Perempuan
itu masih menyelesaikan cucian terakhir, membilasnya dengan keringat yang
mengucur sejak subuh. Kau masih menyeruput secangkir teh hangat di teras rumah
selesaikan bacaan terakhir tentang perempuan yang meninggalkan lelakinya di
kota jauh.
Kota
yang dihuni kaum luth yang ingkar dengan aneka iklan bergelantung di sepanjang
malam. Bintang-bintang bergelayut di tiang kota, menyapu malam, membilas
menara murung di utara kantor
pemerintah, melenguh langit riuh. Kau melintas di antara trotoar dan gedung
hitam. Melirik gedung kuning yang anggun memancarkan sunyi silam diantara
kegaduhan yang meledak-ledak di pasar minggu.
Matamu,
getar lengkung lampu-lampu di atas kubah senandungkan magrib dan resah. Aku
ingat kisah kekasihmu saat bunga-bunga menguncupkan janji di antara duri
petang. Harum asoka dan kayu putih memenuhi latar.
2
April 2014
Kau
hirup udara melewati hidung bertukar karbondioksida dalam dada. Kaki medalroda
berputar megusung badan di atas sadal. Kaki berputar kencang meninggalkan
halaman rumah dan pepohonan.
Ke
kota kereta dikayuh melintasi ladang dan sawah pepohonan bergerak melawan arah.
Rumah makin jauh menumbuhkan rindu tak tertempuh. Kisah keluarga selalu terbawa
dalam buntal perjalanan.
Panas
matahari ditudung dengan topi, tapi penat tubuh tak bisa diingkari. Pegal
persendian lemah kayuhan, nafas di badan tak beraturan tandakan butuh
perhentian. Selonjorkan badan,membilas wajah dan tangan dari lekat kotoran
sepanjang perjalanan. Meneggak seteguk minuman pengganti cairan yang hilang.
Bila
datang gelap tak usah gagap lampu di depan tinggal dinyalakan menekan kepala
dinamo digesek sisi roda depan. Sinar menyorot arah depan biar tak tersasar
jalan pulang. Kian kencang kayuhan kian cepat pula putaran ban memutar kepala
dinamo berpusingan. Cahaya benderang lampu memnacar dari berko.
Sampai
di rumah, aku ditepikan malam menurunkan sunyi,embun menggeliat di muka daun.
Sunyi dan dingin saling berangkul mengintip mata bintang bertabur. Kau rebahan
mengurai lelah di badan di antara deru
nafas keluar masuk rongga paru-paru.
2014
Pabian
Disini
pernah merapat perahu kayu membawa berkeranjang barang bawaan dan kabar buat
kerabat. Ikan-ikan hasil tangkapan atau bebuah hasil panen dan berkotak-kotak
belanjaan hasil kulakan.
Sebungkus
surat dititipkan sanak keluarga,hanya untuk berkabar sehat. Perahu-perahu
tertambat sepulang melaut
Berpikul
dendeng talango, gerang kakap merah,
ton-tonan garam, puluhan sapi merah dikirim ke Mataram, juga kepada Gubernur
Jenderal.
Udara
bergaram, bau laut tenteram, layar memutih di sore beralih. Kerlip lampu di
kejauhan bersahut dengan bintang malam. Bila dini tergelar mereka berbalik arah
melipat layar bersandar di bibir kali Marengan.
Di
seberang, tegal-sawah membentang sapi-kerbau dilepas dari kandang. Kebun hijau
berbaur sedap aroma calatthong. Bau tanah rekah, berbaur mekar kembang dan
dengung kekumbang mengisap nektar.
Sore,
surau-surau melantunkan sholawat dan pujian menerabasi duri belukar menyambut
maghrib turun dari singgasana petang. Anak-anak mengaji membaca bulan dan
bintang melukisi malam.
Pabian,
lalu-lalang datang dan pergi, perahu sampan, keranjang, mesin –mesin, mobil,
barang-barang, karcis, selundupan dan istri simpanan. Jalan raya, rumah-rumah
dan listrik nyala.
2014
Hidayat
Rahardja,
lahir di Sampang, 14 Juli 1966. Lulus D III IKIP Surabaya. Tulisannya
dipublikasikan di Karya Darma, Surabaya
Post, Republika, Swadesi,Pikiran Rakyat, Singgalang, Horison, dll. Karyanya
: Puisi PariwisataIndonesia (ap), Tanah Kepahiran (ap), Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka (ap),
Songket
(ap), Negeri Banyang-Bayang (ap),
Negeri Impian (ap), Memo Putih (ap, 2000), dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar