Beberapa Puisi dalam Antologi Puisi
Surat Putih – Penyair Perempuan (Mei
2001) #2
Gerimis
Di Pulau I
Pulai ini telah lama sunyi
Hanya gerimis yang menyala
Mengusung rindu dan doa
Dilahirkannya seribu purnama
Pada ngarai tua yang telah lama
terkurung rimba
Pada gerimis yang sunyi
Aku membangun mimpi
Pucuk-pucuk rindu mekar
Di pangkuan semi padang ilalang
Disiram oase gerimis yang hijau
Gerimis turun lagi
Ditulisnya gemuruh rindunya
Pada senja
Kesetiaan adalah purnama
Adalah pilar-pilar cakrawala
1999
Peta
Yang Belum Selesai
Pulau-pula runtuh
Puingnya berserakan pada bening air
matamu
Pucat warna bianglala mengabadikan
pekat sejarah negeri ini
Peta ini belum selesai kita buat
Ketika hujan tiba-tiba mengguyurnya
Mencairkan sisa-sisa cinta
Yang kita bangun menjadi menara
cahaya
Peta ini tak pernah selesai kita
buat, adikku
Karena jarum jam di tangan kita
telah lama patah
Da darahnya hingga kini masih basah
Jarum jam itu adalah tegak alifmu
Di
Negeri Ini
Di negeri ini, gelombang pecah
Banjir darah serupa sungai
menari-nari mencari muara
Tanpa suara, tanpa kata-kata
Kepiluan yang sempurna
Mewarnai setiap sudut pulau dan
sudut kota
Tak ada lagi warna kehidupan pada
mata anak-anak bangsa
Aku tak bisa lagi menangisinya
Seluruh nadiku kau bawa mengembara
Melayang-layang di udara
Memetik bintang yang berlumur air
mata
Dan berdarah-darah di cakrawala
Kau menyuguhiku secangkir senyum
berisi air mata
Aku meminumnya dengan balsungkawa
Banyak yang terlalu getir dalam
hidup ini, ibu, katamu
Ada kemiskinan yang meronta-ronta
Ada kepahitan mengambang di ujung
mata
Kemiskinan yang nyeri, kesakitan
yang sembilu
2000
Sajak
Kereta Api
Di luar jendela
Pada kereta senja itu
Ada sketsa dan lukisan tanpa warna
Aku memungutnya menjadi hujan dan
cinta
1997
Maftuhah
Jakfar,
lahir di Batu Putih, Sumenep, Madura, 15 Desember 1975. Alumnus Pondok
Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep. Menampatkan Pendidikan Akhir di IIQ (Institut
Ilmu Al-Qur’an) Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Menulis
Puisi sejak duduk Di Madrasah Aliyah. Beberapa puisinya dimuat di Repulika, Surabaya Post, PIkiran Rakyat,
Annida, Mitra Dialog, dan lain-lain. Puisinya juga termaktub dalam beberapa
antologi bersama: Malam Seribu Bulan (1993), Tetesan Nurani (1994), Tanah Kelahiran (1994), Nuansa Diam (1995), dan Gelanggang di Luar Pusaran (1999).
Kumpilan Puisi Tunggalnya: Lubuk Laut (1995).
Catatan : puisi ini diketik ulang
oleh Redaksi Penyair Madura dari kumpulan puisi Surat Putih –Penyair Perempuan (Jakarta: Risalah Badai, Mei 2001),
bersama 15 Penyair Perempuan lain yang diprakarsai oleh Badai Muth. Siregar.
Antologi puisi ini kami temukan dari seorang rekam kami yang aktif di Teater Eska dan
meminjamnya dari Perpustakaan Teater Eska UIN Suka Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar